BAB II
PEMBAHASAN
STRUKTUR
KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan
atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Karena itu, kalimat
dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu
wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya
berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan wacana.
2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA
2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam
pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai
objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba
predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat
disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan
pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu. Selain verba,
predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu
dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur
ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan
subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri
dari dua kata atau lebih dan tidak terdapat predikat di dalamnya dan satu dari kata-kata
itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya
frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.
Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini
dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut :
Anak kecil itu pandai sekali.
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya
adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu
dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai
karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur
predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang
menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur
subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata
lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat
menurut pengertian kaidah ejaan. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan
memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat,
objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan
unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan
untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya
2.1.1 Ciri-Ciri Subyek :
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah
kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara
lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
v Jawaban atas Pertanyaan Apa atau siapa.
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek
kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
v Disertai Kata Itu.
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).
Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif
misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga
pronomina tidak disertai kata itu.
v Didahului Kata Bahwa.
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa
juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang
menggunakan kata adalah atau ialah.
v Mempunyai Keterangan Pewatas Yang.
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan
pewatas.
v Tidak Didahului Preposisi.
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti
itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
v Berupa Nomina atau Frasa Nominal.
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping
nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata
penunjuk itu.
2.1.2
Ciri-Ciri Predikat :
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di
samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih
terperinci.
v Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana.
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi
atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan
sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa
nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk
menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
v Kata Adalah atau Ialah.
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas
antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
v Dapat Diingkarkan.
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk
predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau
predikat kata merupakan.
v Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas.
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina
bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap
pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Unsur Pengisi Predikat,predikat suatu kalimat dapat berupa:
1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal,
frasa numeralia
(bilangan).
2.1.3
Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam
susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga
unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba
intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek,
sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
v Langsung di Belakang Predikat.
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat,
tidak pernah mendahului predikat.
v Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif.
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat
menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai
dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat
pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
v Tidak Didahului Preposisi.
Objek yang selalu menempati posisi di belakang
predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan
objek tidak dapat disisipkan preposisi.
v Didahului Kata Bahwa.
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata
bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
2.1.4
Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan
itu ialah kedua unsur kalimat ini :
1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna
verba predikat kalimat.
2. Menempati posisi di belakang predikat.
3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif.
Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif,
bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
v Di Belakang Predikat.
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek
langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur
lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Diah mengirimi saya buku baru.
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas
berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
v Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului
preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri
unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
2.1.5
Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat
yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam
kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan
tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan
yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat
ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya,
jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
v Bukan Unsur Utama.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan
pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur
dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
v Tidak Terikat Posisi.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur
kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di
awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
v Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan
perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata,
frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan
malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan.
Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang
menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan
ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang
menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata
ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang
berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa
frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang
berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau
anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau
lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak
kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau
demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan
nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda
koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan
nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan
aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan
tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh
berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas
nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika
keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat
ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua
mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP
tiga lebih.
2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN
PERUBAHANNYA
Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat
dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas
kalimat tunggal beserta perubahannya. Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat
komunikasi tidak terhitung banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas
jumlahnya itu sebenarnya dapat dikembalikan kepada struktur dasar yang
jumlahnya terbatas.
Dengan peniadaan unsur keterangan baik
keterangan kalimat maupun keterangan subjek, predikat, ataupun objek akan ditemukan
kalimat dasar yang merupakan struktur yang paling pokok. Peniadaan itu tidak
berlaku untuk unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat,
objek, serta pelengkap tetap harus ada dalam struktur dasar.
1.
Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam
struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa
penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan
subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang
dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe :
v Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi.
v Kalimat dasar berpola SPOPel
Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek,
predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
v Kalimat dasar berpola SPO
Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa nominal.
v Kalimat dasar berpola SPPel
Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif,
kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
v Kalimat dasar berpola SPK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus
memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.
•
Saya berasal dari Palembang.
v Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)
Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan
predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba
intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib.
v Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau
frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas
daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).
v Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah
yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.
2.
Kalimat Aktif
Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan
yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena
itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba
aktif. Kalimat dasar yang termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe
2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu kalimat aktif yang berobjek yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut intransitif.
Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba
aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca,
membawa, mencatat, menyeberangi, dan melintasi.
3.
Kalimat Pasif
Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku,
tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut
kalimat pasif. Kalimat semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif.
Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek
kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi
predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif
ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1 dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak
berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah
menjadi kalimat transitif.
Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran,
kalimat pasif itu ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam
bahasa Indonesia ada dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan
di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku. Kalimat-kalimat aktif dapat
dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan subjek, dan hal
itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat berawalan me- menjadi
berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat berikut :
Pengusaha itu meminjami
ayah uang.
Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :
Ayah dipinjami uang oleh
pengusaha itu.
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan
unsur pelaku pronomina persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga
dapat juga memiliki bentuk yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan
ini terdapat pada predikat yang tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat
kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan
menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif,
digunakan pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat
aktifnya) seperti contoh berikut :
Saya sudah mengirimkan
lamaran ke kantor.
Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :
Lamaran sudah saya kirimkan
ke kantor.
Pada kalimat pasif jenis ini, verba pasif tidak berupa
sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu verba transitif tanpa
awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai
subjek.
Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang
berawalan ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan
bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai
makna tidak disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Kaki saya terinjak orang.
Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat
juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut :
Mereka kena tipu orang .
Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat
pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas
jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat
berikut.
Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.
4.
Perluasan Unsur
Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek,
pelengkap, atau keterangan dapat diperluas sehingga informasi tentang
unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap. Perluasan ini diartikan sebagai
pengubahan unsur dasar dengan penambahan, pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian
yang dilakukan, penulis hanya melakukan perluasan unsur dengan melakukan
penambahan unsur-unsur kalimat. Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan
pola kalimat dasar. Sedangkan peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena
kalimat yang diteliti adalah kalimat tertulis dan peniadaan unsur kalimat
banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa bentuk dialog (lisan).
v Perluasan Nomina
Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek
dapat diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan
ini dapat dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa
konjungtor. Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada
kalimat-kalimat berikut.
o
Mahasiswa yang pandai mendapat
beasiswa
o
Perusahaan yang lemah sekali
akan mendapat subsidi
o
Anak yang berbakat melukis itu
mendapat bantuan berupa alat-alat lukis.
Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang
menjelaskan nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu
ditiadakan. Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas
tetapi tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan
dengan menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya
adalah sebagai berikut :
o
Karya tulis ilmiah remaja
diperlombakan setiap tahun.
o
Buku petunjuk penulisan
karangan ilmiah telah beredar.
v Perluasan Verba
Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan
kata atau frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya
keterangan aspek atau modalitas. Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah,
sedang, akan, sudah, masih, belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada
predikat. Contohnya terdapat pada kalimat-kalimat berikut:
o
Pertandingan itu telah usai
beberapa saat yang lalu.
o
Bintang bulutangkis masih belum
berpindah dari Indonesia.
Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain
menyatakan kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh
kata ingin, hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya
terdapat di bawah ini.
o
Saya ingin belajar bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
o
Saya harus benar-benar belajar.
2.3 KALIMAT MAJEMUK
Demi keefisienan, orang sering mengabungkan beberapa
pernyataan ke dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur
kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang
di dalamnya terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk.
Berdasarkan hubungan antar kalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan
ke dalam dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat.
a.
Kalimat Majemuk Setara
Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai
kalimat tunggal disebut kalimat majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut
terdiri atas dua kalimat dasar.
Saya datang, dia pergi.
Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya
datang dan dia pergi. Jika kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi
masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya.
Keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut
kalimat majemuk setara.
b.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi
sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek,
atau objek dapat disebut sebagai kalimat majemuk bertingkat jika diantara kedua
unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur
kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk setara. Pernyataan berikut
menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi konjungtor misalnya ketika, karena,
supaya, meskipun, jika, atau sehingga.
Saya masuk, mereka diam.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat
itu berubah menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor
ketika.
Saya masuk ketika mereka
diam.
Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat
penyusunnya dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada
kalimat majemuk bertingkat, kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti
kalimat ketika mereka diam tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu,
kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini berfungsi sebagai anak kalimat
pengisi salah satu unsur kalimat inti. Anak kalimat pengisi unsur subjek atau
objek kalimat transitif ditandai oleh kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada
contoh berikut :
Bahwa pengurus inti harus
segera dibentuk sudah dibahas pada rapat kemarin.
Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat
tunggal yang mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya
misalnya pada unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan
memperluas salah satu unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh
konjungtor yang atau kata penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang
menyertai nomina dan berfungsi sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang
dapat diberi keterangan dapat berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek,
predikat atau objek. Perhatikan contoh kalimat berikut :
Perusahaan yang ingin
mengajukan kredit harus mempunyai jaminan.
Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat
yang memberi keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat
di atas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas dapat kita ambil
kesimpulan.
v Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan
yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Karena itu, kalimat dapat dilihat
sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat
terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai
dengan aturan-aturan wacana.
v Di dalam pernyataan,kalimat sekurang-kurangnya
harus terdapat
predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan.
v Dilihat dari pembentuknya, kalimat dapat dibedakan
atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
3.2 Saran
Dari pembahasan-pembahasan kita di atas mudah-mudahan
kita lebih mahir lagi dalam berbahasa indonesia dengan baik dan benar.
Mudah-mudahan uraian singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca,
saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi
kesempurnaan makalah kami ini. Kami sadar bahwa
makalah kami ini jauh dari sempurna, bak kata pujangga “air yang tenang pasti
berombak”. Dan atas bimbingan dan saran-saran pembimbing, saya ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:
Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan
Atas. Flores: Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta
Syaputra, Edi. Bahasa
Indonesia.IAIN SUMATERA UTARA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar