BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pada umumnya usia madya atau usia
setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut
pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60
tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh
penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami
perubahan-perubahan tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis
batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun
pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis
batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Seperti halnya periode lain dalam
rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang
membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya.
Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu
yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan
oktober. Demikian halnya dengan manusia.
Usia madya pada kebudayaan
Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan
mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri
hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan,
khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial
dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada
masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri
terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya.
Sikap keberagamaan pada dewasa madya
memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian
dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi
orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
1.2 Rumusan
Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini
tidak lari dari sub pembahasan, ada baiknya penyusun merumuskan masalah-masalah
yang akan dibahas. Antara lain:
ü Pengertian dewasa madya;
ü Krakteristik
dewasa madya;
ü Pandangan
Islam tentang dewasa madya.
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah :
ü Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian Masa Dewasa Madya;
ü Untuk
mempelajari tentang ciri-ciri Masa Dewasa Madya;
ü Mahasiswa
mengetahui pandangan Islam tentang Dewasa Madya.
1.4 Sistematika
Penulisan
Makalah ini disusun dengan
sistematika pembahasan yang meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, Tujuan penulisan dan sistematika penulisan; BAB II :
PEMBAHASAN Membahas tentang Pengertian Dewasa, pendapat orang tentang Masa
Dewasa Madya, Krakteristik Masa Dewasa Madya dan Pandangan Islam tentang Dewasa
Madya; BAB III : PENUTUP menyajikan Simpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dewasa Madya
2.1.1 Pengertian Usia Dewasa
Setelah
melewati masa prenatal, bayi, anak-anak, dan remaja, maka manusia
(individu) akan memasuki masa dewasa. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai
pengertian dewasa, antara lain :
1) Menurut Elizabeth
B. Hurlock dikutip oleh Dr. Masganti Sit, M.Ag, masa dewasa adalah individu
yang siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya.[1]
2) Menurut Syathi’
seorang ahli Psikologi, dewasa adalah periode perkembangan yang bermula pada
akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir
pada usia tuga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi
dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak-anak.[2]
3) Masa
dewasa adalah masa dimana seorang individu memilih nilai-nilai yang menurut dia
tepat dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.[3]
4) Menurut
Pandangan Islam usia dewasa diartikan dengan perubahan dari yang lemah
(anak-anak) menjadi kuat (dewasa), dari yang kuat akan kembali menjadi lemah.
Berdasarkan firman Allah SWT :
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن
ضَعْفٍۢ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍۢ قُوَّةًۭ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ
قُوَّةٍۢ ضَعْفًۭا وَشَيْبَةًۭ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ
ٱلْقَدِيرُ.
"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa“.[4]
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usia dewasa
adalah perkembangan individu baik dari segi kognitif maupun fisiknya, sebagai
tanda telah terbentuknya kemandirian pribadi dan ekonomi. Sehingga individu
siap menerima tanggung jawab, kedudukan dalam masyarakat, dan mempertahankan
nilai-nilai yang dipilihnya.
Masa dewasa biasanya dimulai pada
usia 18 atau 21 tahun. Masa dewasa dapat dibedakan kepada tiga masa, yaitu :
Masa dewasa dini dari usia 18/21
– 40 tahun
Masa dewasa madya dari usia 40 –
60 tahun
Masa usia lanjut dari usia 60 ke
atas.[5]
2.1.2 Pengertian Dewasa Madya
Masa
dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Dewasa
madya adalah masa transisi seorang individu, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru.
Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya dan
kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan
pribadi dan sosial. Ada beberapa pendapat tentang masa dewasa madya, antara
lain :
- Usia dewasa madya atau yang popular dengan istilah setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja.
- Bila masa remaja merupakan masa peralihan, dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut dewasa, maka pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa dikatakan tua.
- Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.[6]
2.1.3 Perkembangan Fisik Dewasa
Madya
Pada
masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi
seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai kehilangan
(menurun) fungsinya. Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling
menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk
memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan
tajam antara usia 40 tahun keatas. Karena pada usia tersebut aliran darah pada
mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu
mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada
rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya
terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam
pekerjaan.[7]
Pada masa ini, baik pria maupun
wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan
menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi
daya tarik lawan jenis. Ada beberapa perubahan yang terjadi pada masa dewasa
madya, antara lain :
Perubahan Fisik, diantara
perubahan fisik pada masa ini antara lain ; tumbuhnya uban, kulit mulai keriput, gigi yang
menguning, tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang
lainnya, sulit melihat objek-objek yang dekat, penurunan pada sensitivitas
pendengaran, menopause (reproduksi haid akan mulai berhenti), dll.[8]
Perkembangan Kognitif, pada tahap
ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang
sama dengan perkembangan tahap sebelumnya. Pada masa ini individu dalam
menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu memikirkannya secara teoritis. Ia
menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin
ada. Atas dasar analisanya ini, seorang individu kemudian membuat suatu
strategi penyelesaian.[9]
2.2 Krakteristik Dewasa Madya
Ada
beberapa karakteristik dewasa madya, antara lain :
- Masa yg ditakuti
Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga merupakan
masa yang sangat ditakuti datangnya oleh kebanyakan individu, sehingga
seolah-olah mereka ingin mengerem laju pertambahan usia mereka. Diakui
bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa
menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia
madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang
usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik
yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.[10]
Pada masyarakat modern seperti Eropa ketakutan lebih terasa, karena
penghormatan terhadap orang tua sudah mulai luntur.[11]
Umumnya mereka (individu dewasa madya) merasa tidak lagi
menarik secara seksual bagi suami mereka, sehingga muncul kekhawatiran “akan
kehilangan” suami dan kondisi ini selain dapat mengakibatkan para istri begitu
mengharapkan suaminya bersikap seperti ketika masih pengantin baru, juga
munculnya rasa cemburu yang kadang cenderung berlebihan, bila melihat suaminya
berkomunikasi dengan perempuan yang lebih muda usianya. Biasanya di usia-usia
ini, suami mereka mulai lebih berkonsentrasi pada karier dan peningkatan
kariernya, sehingga mereka semakin merasa kesepian dan “diabaikan”.
Perasaan-perasaan negatif ini bila tidak segera dicari pemecahannya dapat
mengakibatkan para istri mengalami depresi.[12]
Bagi pria, masa dewasa madya merupakan usia yang mengandung
arti menurunnya kemampuan fisik secara menyeluruh, termasuk berkurangnya
vitalitas seksual. Sebagian kaum pria yang mengalami tanda-tanda terjadinya
penurunan kemampuan seksual ini, akan mengalihkan perhatian mereka pada
kesibukan bekerja demi meningkatkan prestasi dan memenuhi kebutuhan hidup yang
semakin meningkat. Selain masalah seksual, kaum pria yang telah memasuki usia
dewasa madya, ada juga yang ingin menutupi “kelemahan” fisiknya dengan
melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan cenderung menolak bantuan dari mereka
yang lebih muda.
Pada sebagian yang lain, justru bersikap kompensatif, dalam
arti untuk menutupi “kekurangannya” mereka bersikap seperti anak muda dengan
lebih memperhatikan penampilan fisik, berdandan sedemikian rupa untuk mencari
perhatian dari lawan jenis yang berusia jauh lebih muda. Mereka yang
berperilaku seperti ini justru menunjukkan adanya ketidakpercayaan yang cukup
besar terhadap daya tarik seksual mereka.[13]
2. Masa Transisi
Seperti juga masa remaja, individu
pada masa dewasa madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa awal
ke masa dewasa lanjut. Sebagian ciri-ciri fisik dan perilakunya masih
memperlihatkan masa dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku
lainnya justru telah menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut. Kondisi transisi
ini menyebabkan mereka harus banyak melakukan penyesuaian terhadap peran-peran
baru yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan
mereka untuk dapat berpikir dan berperilaku sesuai dengan usianya. Pada masa
ini individu tidak lagi dipandang sebagai orang dewasa muda tetapi sudah
menjadi seorang individu yang dituakan.[14]
- Masa Penyesuaian Kembali
Memasuki usia
dewasa madya, cepat atau lambat individu harus mengadakan penye-suaian kembali
terhadap perubahan-perubahan yang dialaminya, baik fisik maupun peranan.
Penyesuaian terhadap perubahan peranan, biasanya akan terasa lebih sulit
dilakukan bila dibandingkan dengan penyesuaian terhadap berubahnya kondisi
fisik. Misalnya kaum pria yang mengalami masa pensiun, atau kaum perempuan yang
mengalami perubahan peran sebagai ibu dengan anak-anak yang akan mulai memasuki
kehidupan baru.[15]
4.
Masa Stres
Bahwa usia ini merupakan masa stres.
Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah
menjadikan stress.[16]
Khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung
merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa
bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek
sosial kehidupan mereka.[17]
5.
Usia yang berbahaya
Yang dimaksud dengan usia berbahaya adalah
dalam hal kehidupan seksualnya, terutama dengan istrinya. Juga dalam hal-hal
yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan lainnya, seperti kondisi fisik
yang mulai rentan terhadap penyakit, juga kondisi psikologis yang relatif
menjadi lebih peka, dalam arti mudah tersinggung, tertekan, stress, hingga
depresi. Dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual, tidak jarang
terjadi para suami yang mulai merasa “bosan” dengan istrinya, sehingga mulai
menyeleweng, atau pun menceraikan istrinya untuk kawin lagi dengan perempuan
lain yang kadang-kadang seusia dengan anak gadisnya. Adapun untuk hal-hal yang
lain, individu usia dewasa madya, relatif lebih sering mengalami gangguan fisik
maupun mental, bahkan pada orang-orang tertentu dapat mengakibatkan bunuh diri.
6.
Usia Canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak
bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka
bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua. Individu pada masa ini seolah-olah
berada di antara generasi muda dan juga generasi tua (senior).[18]
Pada sebagian individu kondisi ini mengakibatkan mereka ingin menutupi ketuaan
dengan berbagai cara dan sejauh mungkin berusaha untuk tidak tampak tua,
misalnya dalam hal pemilihan busana, berdandan/ pemakaian kosmetik dsb.
Kadang-kadang apabila individu agak berlebihan di dalam menampilkan busana dan
dandanan yang bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka hal ini justru
menyebabkan mereka tampak janggal, sehingga terlihat kaku/canggung.[19]
7.
Masa Berprestasi
Berprestasi pada usia dewasa madya menurut
Werner merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu. Seorang
individu yang telah bekerja keras untuk sukses pada usia sebelumnya akan
mencapai puncak karier pada masa ini.[20]
Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup
dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti
serta nilai-nilai tentang hubungan sosial yang berkembang secara baik. Kondisi
keuangan dan kedudukan sosial mereka biasanya telah mapan, serta mereka telah
memiliki pandangan yang jelas tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai.
Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat
menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40 tahun.[21]
8.
Masa Keseimbangan dan
Ketidakseimbangan
Pengertian keseimbangan mengacu pada
kemampuan penyesuaian terhadap terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
psikologis yang dilakukan orang-orang dewasa madya. Keseimbangan ini dapat
dicapai bila ada penyesuaian secara menyeluruh terhadap pola-pola kehidupannya.
Mereka yang mampu mencapai keseimbangan akan merasakan kehidupan yang tenang,
tenteram dan damai di rumah, sehingga tidak suka “keluyuran”/ buang-buang waktu
di luar rumah untuk kegiatan yang tidak berguna. Ketidakseimbangan artinya
adalah terjadinya kegoncangan, atau gangguan penyesuaian yang dialami individu
pada masa ini, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk dengan
pasangan hidupnya. Mereka yang tidak mampu mencapai keseimbangan ini akan
merasa tidak betah di rumah, dan cenderung ingin “lari” dari rumah untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis yang tidak diperoleh di
rumahnya.[22]
9.
Masa Evaluasi
Selama akhir tiga puluhan dan awal empat
puluhan adalah umum bagi pria untuk melihat kembali apa saja yang telah
dicapainya dalam kehidupan ini. Baik dilihat dari segi fisik maupun nonfisik.
10.
Masa Sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi
tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah
bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan
kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
11.
Masa Jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa
ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Para pria merasa
jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya
sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara
rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya
tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
2.3 Pandangan Agama tentang Usia Madya
Sudah menjadi
ketentuan Allah SWT bahwa setiap manusia pasti akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dalam rentang hidupnya, yaitu dari dalam kandungan menjadi masa
kanak-kanak, remaja, dewasa, parubaya, dan kemudian menjadi lemah dan renta
dimana kesemuanya memiliki karakteristiknya masing-masing. Sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam Qs. Ar-Rum ayat 54 :
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن
ضَعْفٍۢ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍۢ قُوَّةًۭ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ
قُوَّةٍۢ ضَعْفًۭا وَشَيْبَةًۭ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ
ٱلْقَدِيرُ.
"Allah, Dialah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa“.[23]
Orang yang telah mencapai usia 40 tahun biasanya mulai
menampakkan tanda-tanda penuaan yang diantaranya menurut Muhammad Musa Syarif
(2007) adalah tampak penuaan pada rambut kepala dan jenggotnya, dimana pada
sebagian orang karena penuaan ini mereka merasa takut, gelisah, dan berusaha
menyembunyikan tanda penuaan yang telah nampak, sehingga tidak jarang mereka
merubahnya dengan berbagai cara dan media.
Dalam pandangan Islam seseorang
yang telah dewasa, adalah orang-orang yang telah menanggung beban. Artinya
bertatanggung jawab atas anak-anaknya, baik dari segi pendidikan keagamaan,
kebutuhan fisik & nonfisik, dll. Sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an,
yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا وَقُودُهَا
ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌۭ شِدَادٌۭ لَّا يَعْصُونَ
ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.[24]
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masa
dewasa madya adalah berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun.
Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain; masa dewasa madya
merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani
dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan
ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya
terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
3.2 Kritik & Saran
Dari penjelasan tentang Masa
Dewasa Madya di atas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang
keadaan manusia di usia itu. Kita bisa mengukur bagaimana kepribadian diri kita
dan kepribadian orang-orang yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit
pengetahuan tentang kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang
kurang baik dan bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam
rangka fastabiqul khoirot.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim & Terjemahnya
Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan
: Perdana Publishing, 2011.
Bintusy Syathi’, Maqal fi al-Insan
(Tahapan Perkembangan Manusia), terj.
Adib Arief, Yogyakarta : LKPSM, 1997.
Sunardi Nur, Psikologi Agama,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Shafi’I & Subandi, Membangun
Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Siprees, 1996.
[1] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing,
2011, hal : 81
[2] Bintusy Syathi’, Maqal fi al-Insan (Tahapan Perkembangan
Manusia), terj. Adib Arief,
Yogyakarta : LKPSM, 1997, hal: 102
[3] Dikutip dari: http://dianapsycho.blogspot.com/2012/05/masa-dewasa-madya.html
(25-9-2012)
[4] Al-Qur’anul Karim & Terjemahnya, surah ar-Rum ayat : 54
[5] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing,
2011, hal : 81
[6] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007, hal : 105 & lihat juga di sebuah situs http://dianapsycho.blogspot.com/2012/05/masa-dewasa-madya.html
(25-9-2012)
[7] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta
: Siprees, 1996, hal : 105
[8] Ibid, hal : 105-107
[9] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007, hal : 109 & lihat juga Bintusy Syathi’, Maqal fi al-Insan
(Tahapan Perkembangan Manusia), terj.
Adib Arief, Yogyakarta : LKPSM, 1997, hal: 104
[10] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta
: Siprees, 1996, hal : 109
[11] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing,
2011, hal : 82
[12] Shafi’I & Subandi, hal : 109
[13] Ibid, hal : 109-110
[14] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing,
2011, hal : 82
[15] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta
: Siprees, 1996, hal : 110
[16] Masganti Sit, hal : 82
[17] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007, hal : 109
[18] Masganti Sit, Psikologi Agama, Medan : Perdana Publishing,
2011, hal : 83
[19] Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007, hal : 109-110
[20] Masganti Sit, hal : 83
[21] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta
: Siprees, 1996, hal : 114
[22] Shafi’I & Subandi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta
: Siprees, 1996, hal : 114-115
[23] Al-Qur’anul Karim & Terjemahnya, surah ar-Rum ayat : 54
[24] Al-Qur’anul Karim dan Terjemahnya, surah at-Tahrim ayat : 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar