BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata kunci yang paling vital dari suatu proses pendidikan
adalah belajar, sedangkan makna dan batasan inti yang terkandung dalam
belajar adalah sebuah proses perubahan. Karena kemampuan berubah melalui
belajarlah, manusia dapat berkembang lebih jauh dibanding makhluk lainnya.
Bahkan kualitas hasil proses perkembangan manusia sangat tergantung apa dan
bagaimana seseorang belajar, tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia itu
sendiri. E. L. Thorndike meramalkan, “Jika kemampuan belajar umat manusia
dikurangi setengahnya saja maka peradaban yang ada sekarang itu tak akan
berguna bagi generasi mendatang. Bahkan mungkin peradaban itu sendiri akan
lenyap ditelan zaman.”
Oleh karena itu tidaklah
berlebih andai kita katakan bahwa belajar memiliki peranan penting dalam
mempertahankan kelangsungan hidup manusia secara manusiawi baik secara
individu, kelompok, masyarakat, maupun sebagai suatu bangsa. Mempertahankan dan
melangsungkan kehidupan secara baik dan sempurna sebagai power point
bagi setiap aktivitas mahluk termasuk manusia. Perbedaannya adalah bahwa
manusia mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya adalah melalui belajar. Dalam pendidikan ada beberapa teori-teori yang diajukan
oleh para ahli. Salah satunya teori
belajar Konektionisme yang di perkenalkan oleh Adward L. Thorndike.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan kita di dalam
makalah ini tidak lari dari sub judul, ada baiknya penyusun rumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain :
Ø Pengertian teori belajar
Ø Belajar menurut teori Konektionisme
Ø Pandangan teori Konektionisme dalam
pembelajaran
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
Penulisan makalah tidak lain adalah untuk menggambarkan kepada mahasiswa salah
satu teori dalam pembelajaran yaitu teori belajar konektionisme. Agar dapat
diaplikasikan dalam kegiatan belajar-mengajar, dalam rangka memperbaiki proses
belajar mengajar sebelumnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
TEORI
BELAJAR KONEKTIONISME
1.1 Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah
akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi pelajar atau mahasiswa kata
”belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang
tidak bisa terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di
lembaga pendidikan formal.[1]
1.1.1 Pengertian Belajar
Dalam
kamus bahasa Indonesia, belejar didefenisikan sebagai ; berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku.[2]
Ada beberapa pendapat para tokoh tentang pengertian belajar, antara lain :
Ø Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Ø Witherington (1952): “belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Ø Crow (1958) : “ belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Ø Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana
suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons
terhadap sesuatu situasi”.[3]
Ø James O. Whittaker : “belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[4]
Ø Al-Rasyidin & Wahyuddin Nur Nasution : “ada
3 hal yang terkandung dalam belajar, yaitu ; belajar berkaitan dengan upaya
seseorang untuk memperoleh kepandaian, belajar adalah suatu proses dimana
seseorang berlatih untuk memperoleh kecakapan fisikal atau motorik agar ia
terampil dalam mengerjakan sesuatu, belajar adalah suatu proses merubah tingkah
laku atau tanggapan melalui interaksi dengan lingkungan.[5]
Dari
pendapat-pendapat para ahli, penyusun dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1.1.2
Ciri-ciri Belajar
Dari
beberapa pengertian belajar yang telah di sebutkan diatas, kata kunci dari
belajar adalah perubahan perilaku. Bimo Walgito (1969) mengemukakan bahwa
ciri-ciri merubah perilaku seseorang, yaitu :
·
Perubahan
yang disadari dan disengaja (intensional)
·
Perubahan
yang berkesinambungan (kontinyu)
·
Perubahan
yang fungsional
·
Perubahan
yang bersifat positif
·
Perubahan
yang bersifat aktif
·
Perubahan
yang bersifat pemanen
·
Perubahan
yang bertujuan dan terarah
·
Perubahan
perilaku secara keseluruhan.[6]
Setiap
orang (manusia) mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk melakukan dua hal yang sangat penting, yakni : pertama,
berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi-talenta dan bakat-bakat terbaiknya,
dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa
pertanyaan eksistensial seperti "Siapakah aku?", "Dari manakah
aku datang?", "Kemanakah aku akan pergi?", "Apakah yang
menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini?", dan "Kepada siapa aku
harus percaya?"; kedua, berusaha sekuat tenaga untuk
mengaktualisasikan segenap bakat-potensi-talenta-nya itu, mengekspresikan dan
menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi
dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu
yang "bukan dirinya".[7]
Tugas
dan tanggung jawab pertama di atas membawa setiap pribadi pada perenungan diri
agar ia menyadari keberadaannya sebagai "apa" dan "siapa".
Tugas dan tanggung jawab kedua di atas membawa manusia untuk menampilkan dirinya
sebagai pribadi yang mandiri. Dan "belajar" dalam konteks ini tak
lain adalah mengusahakan agar tampilan diri (personalitas, kepribadian) itu
mencerminkan hakikat atau jati diri (bakat, karakter) manusia itu sendiri.[8]
1.1.3
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara umum, terdapat dua factor
utama yang mempengaruhi belajar, yaitu factor internal & eksternal. Factor
internal adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
seseorang yang timbul atau muncul dari dalam diri seseorang (pelajar),
sedangkan factor eksternal adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
aktivitas dan hasil belajar yang ditimbulkan oleh hal-hal yang berasal dari
luar diri seseorang.[9]
Factor-faktor tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut[10]
:
Alami
Lingkungan
Sosial
Budaya
Eksternal
Kurikulum
Program
Sarana & fasilitas
Instrumental Guru (pendidik)
Kondisi fisiologis
Faktor Fisiologis
Kondisi panca indra
Minat
Kecerdasan
Internal Bakat
Psikologis
Motivasi
Kemampuan kognitif
2.1
Teori Belajar Konektionisme
[1] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka
Cipta, cetakan ke-3, 2011, hal : 12
[2] Al-Rasyidin & Wahyuddin Nur Nasution, Teori Belajar dan
Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 6
[3] Dikutip dari situs : http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3
[4] Syaiful Bahri Djamarah, hal : 12
[5] Al-Rasyidin & Wahyuddin Nur Nasution, Teori Belajar dan
Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 6
[6] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Fak
Psikologi UGM, 1969, hal : 57
[7] Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh
Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang, 1978, hal : 28
[8] Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh
Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang,1978,hal:29-31
[9] Al-Rasyidin & Wahyuddin Nur Nasution, Teori Belajar dan
Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing, 2011, hal : 15
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka
Cipta, cetakan ke-3, 2011, hal : 177
Tidak ada komentar:
Posting Komentar