BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan, adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada
hakikatnya adalah proses yang satu, berarti bahwa seluruh proses hidup dan
kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang
hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sempit,
pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar
dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya
identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya
pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang
berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan
usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam
membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar
dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan
sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya
bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya
dengan proses pendidikan secara keseluruhannya .
Dengan pengertian pendidikan yang
luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas
pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang
diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang
sederhan yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak
pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersipat mendasar dan mendalam,
sehingga sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan
pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab
dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan
pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Filsafat adalah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu
disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila
berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti
tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang
sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat
ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya. Filsafat membahas
sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat
adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu
yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya
sebagian kecil saja.
Kita memahami bahwa filsafat
merupakan satu paham ilmu yangmencakup terhadap segala pengertian, kebutuhan
dan keperluan dalammenentukan arah perkembangan hidup dan kehidupan manusia.
Arti dari pada filsafat secara umum adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya.[1]
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
Ø Mengapa
pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu.
Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia..?
Ø Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau
untuk kepentingan masyarakat..?
Ø Apakah
pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk Pembinaan
masyarakat..?
Ø Siapakah
hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana
tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga,
masyarakat, dan sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab
pendidikan tersebut setelah manusia dewasa...?
Ø Apakah
hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik akal,
perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya,
pendidikan skil ataukah intelektualnya...?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ANALISIS FILSAFAT DALAM MASALAH
PENDIDIKAN
Antara
filsafat dan pendidikan terdapat suatu pertalian yang tak terpisahkan. Peranan
filsafat pendidikan adalah sebagai pendorong dilakukannya aktivitas pendidikan.
Filsafat berperanan menetapkan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, sedang
pendidikan bertugas merealisasikan ide-ide dalam ajaran filsafat tersebut
menjadi kenyataan dalam bentuk tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikian , filsafat pendidikan
dijadikan dasar orientasi kegiatan sistem pendidikan, dijadikan arah dan tujuan
kegiatan pendidikan yang dijalankan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan
pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan
bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah
bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka
dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan.[2]
Masalah
pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan adalah seluruh proses hidup dan kehidupan
manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya
merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam
artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh,
yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam
situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan
adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan
manusia.
Pendidikan
merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam
membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar
dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan
sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya
bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya
dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.
Untuk
lebih tegas terhadap penjelasan kita terhadap kepentingan penentuan suatu
falsafah pendidikan, maka dibawah ini akan kami tuliskan beberapa kegunaan yang diperoleh dari
penentuan falsafah ini. Di antara manfaat itu seperti berikut :
1.
Falsafah pendidikan sebagai perancang
pendidikan
Falsafah pendidikan sebagai perancang
pendidikan dapat menolong
perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu
negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Di samping
itu dapat
menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsinya serta meningkatkan
mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan
dan keputusan
termasuk rancangan –rancangan pendidikan mereka, begitu juga
untuk memperbaiki
peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaedah dan
cara mereka mengajar yang
mencakup peniaian, bimbingan, dan penyuluhan.
2.
Falsafat Pendidikan sebagai Azas
Dari segi
lain falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat
ditentukan pandangan
pengkajian yang umum dan yang khas. Kurikulum yang di buat kaidah-kaidah pengajaran di pilih antara yang di gunakan
disekolah-sekolah, sekolah guru, universitas dan institut-institut. Begitu juga
dengan kebijaksanaan cara-cara pelaksanaan yang ingin diikuti
dalam mengajarkan di sekolah-sekolah, sekolah guru dan
universitas dalam usaha untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan, dan
membentuk rancangan-rancangan pendidikan dengan segala jenis dan tingkatan.
Maka perancang pendidikan dan pengemabangan pendidikan tidak dapat
melaksanakan apa yang
diharapkan dari proses merancang, membimbing,menyelaras, meninjau, mengubah,
dan mengembangkan kurikulum,kaidah-kaidah, cara-cara dan alat pengajaran yang
bermacam-macamdengan mendalam.
3. Falsafah
pendidikan sebagai penilai pendidikan
Falsafah pendidikan sebagai Azaz dapat menjadi azas terbaik
untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap yang perlu dan
penting bagi setiap pengajaran yang baik. dalam pengertian yang baru, penilaian
pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi
pendidikan secar umum, untuk mendididk angkatan baru dan warga negara dan
segala yang berkaitan. Jadi konsep penilaian tidak hanya penilaian bagi murid-murid
atau pelajar saja. Sudah tentu penialaian disertai
ukuran-ukuran dan norma yang
menjadi dasarnya dan ukuran-ukuran yang
wajar bagi proses penilaian
sekolah dan pendidikan.[3]
Dijelaskan
pula oleh pendapat branameld bahwa latar belakang ide-idefilsafat menentukan
pendidikan, karena tujuan pendidikan bersumber dari filsafat sehingga
pendidikan merupakan suatu proses pembinaan kepribadian anak didik atas
nilai–nilai filsafat. Jadi jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas
dan nilai filosofi serta menggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat
pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam
pendidikan. Dan
selanjutnya bagaimana peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para
pendidik sebagaimana yang di kemukakan Brubacher secara singkat tapi rinci
tersimpul dalam :
»
Pendekatan spekulatif
Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga
sebagai cara pendekatan reflektif, berarti, memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan
menggambarkan. Ini adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan
teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan
menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya.
Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal yang harus
diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan
pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu,
kepribadian,kurikulum, kedewasaan dan sebagainya. Untuk melaksanakan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan
berusaha :
·
Menarik
kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam suatu gambaran pokok atau
Aksioma
melalaui proses abstrak dan
generalisasi.
·
Memahami
persoalan pendidikan secara keseluruhan dan dalamhubungannya dengan faktor-faktor
lain yang memepengaruhidunia pendidikan.
»
Pendekatan normatif
Artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang
berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma
tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha
dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai dari kehidupan manusia, juga tidak
lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif,
dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam
hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan
antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian
akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan
diarahkan. Dalam fungsi ini
filsafat pendidikan diharapkan memiliki
tanggung jawab terhadap
formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses pendidikan.
»
Pendekatan kritik
Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan
penelitian secara cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan
praktek-praktek pendidikan dalam hal
:
·
Menguji
dasar-dasar
pemikiran logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan
berada didalamnya
·
Menguji
dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar- benar dan jelas
·
Memerlukan
bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapat
diterima untuk menguatkan
atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.
»
Pendekatan
teori bagi praktek
Apa yang terdapat dalam filsafat
pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah berfungsi
sebagai teori, dan teoriini bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi
suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan
prisnsip-prinsip umum bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa filsafat
dan ilmu pendidikan dipandang sebagai bidang-bidang Ilmu yang saling melengkapi
dan keduanya selali di perlukan oleh para pelaksana pendidikan.[4]
»
Pendekatan
Integratif
Mengingat fungsi falsafah pendidikan
sebagai asas kerohanian atau rohnya pendidikan. Maka fungsi integratif filsafat
pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemandu fungsional semua nilai dan
asas normatif dalam ilmu pendidikan.[5]
»
Pendekatan
Analisis Konsep
Artinya
pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang
mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama,
tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep
seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman
tentang kerbau yang sama,berbeda pula dengan konsep seorang petani, peternak,seoramg
guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai Pendekatan
dalam pilsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para
ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau
minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan
pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat,
sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta
nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan
segalanya .
»
Pendekatan Analisa
ilmiah
Fungsi
Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific
analysis of current life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah
kependidikan yang actual, yang menjadi problema masa ini. Dengan menggunakan metode-metode
ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalahan – permasalahan
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta
aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
Selanjutnya harry
schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam bukunya filsafat
pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah
pendidikan digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :
Ø Pendekatan filsafat histories
Ø Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.
Dengan Pendekatan filsafat histories
(historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-
pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dan
para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang
dalam sistematika., jenis dan aliran –aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna
itu, kalau diajukan pertanyaan tentang berbagai masalah filosofis dalam bidang
pendidikan, jawabanya melakat pada masing-masing system, jenis dan aliran
filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban mana
yang sesuai dan dibutuhkan
Dengan memahami filsafat orang akan dapat
mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari secara konsisten. Filsafat
mengkaji dan memikirkan tentang segala sesuatu secara menyeluruh
sistematis terpadu, universal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman
dan arah bagi perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
Dalam
mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan
filsafat, yaitu, Ontology, Epistemologi, dan aksiologi.[6]
Ø Ontologi dan pendidikan
Ontology terdiri dari dua suku
kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu
yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok
filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut
tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada
alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan
tertib dalam keharmonisan.[7] Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan
pada logika semata. Obyek telaah ontologi adalah yang ada. [8] Dasar
pendidikan Pertama-tama pada latar belakang filsafat diperlukan dasar ontologis
dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu
pendidikan melalui pengalaman panca indra ialah dunia pengalaman manusia secara
empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang
lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi
pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat
sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik . Agar pendidikan
dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan
dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.
1.
Teologi
Teologi
merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang tuhan, bagaimana hubungannya dengan manusia, dan
dengan alam semesta.
2.
Kosmologi
Kosmologi
membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam semesta.
Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang sifatnya
material. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin pengamatan
dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu, kosmologi menghayati
realitas kosmos secara intelektual.
3.
Manusia
Seperti
yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk
hakikat manusia dan hakikat anak. Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi.
Ada beberapa bentuk, ataupun ciri khas manusia,yaitu :
·
b.
Dasar
epistemologis ilmu pendidikan Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan
atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan
bertanggung jawab. Sekalaipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat
dilakukan oleh tenaga pemula namuntelaah atas objek formil ilmu pendidikan
memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan
menjalin stui empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan
fenomenologis itu bersifat kualitaatif, artinya melibatkan pribadi dan diri
peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu
penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai
pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak
hnya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan
unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan
maka vaaliditas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan
penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan,
penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis
ini adalah agar dapat ditentukan bahaawa dalam menjelaskaan objek formaalnya,
telaah ilmu pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju
kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek
formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya menggunkaan
pendekata
kuantitatif
atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian uji
kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren
dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942). c.
Dasar
aksiologis ilmu pendidikan Kemanfaatan
teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga
diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai
proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu
pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni,
melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan
bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan
meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu
pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis
antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal
ini relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat
nilai seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan
teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek. Namun harus diakui
bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan
ilmu sosial dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di Indonesia. Peranannya ialah bahwa ilmu
pendidikan lebih dekat kepada ilmu prilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus
menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi
satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).
d.
Dasar antropologis ilmu
pendidikan Pendidikan yang intinya
mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek dan
peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada pihak
yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam batas-batas
yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang
bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya
(1) sosialitas dan (2) individualitas, melainkan juga (3) moralitas. Kiranya
khusus untuk Indonesia apabila dunia pendidikan nasional didasarkan atas
kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem pengajaran nasional
disekolah, tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4)
religiusitas, yaaitu pendidik dalam situasi pendidikan sekurangkurangnya secara
mikro berhamba kepada kepentingan terdidik sebagai bagian dari pengabdian lebih
besar kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3.
Pendekatan
study filsafat pendidikan IslamAgar supaya semua fungsi dan tujuan tetap
berhasil sebagai self realisationmaupun pemberi jawaban terhadap hidup dan
kehidupan manusia, yangdilandasi pemikiran-pemikiran dan pembaharuan dengan
tanpa mengingkarisegala obyek filsafat demi kelangsungan dan kemajuan masa
depan generasi penerus, maka penetapannya diperlukan pendekatan terpadu yang
mencakup;1.pendekatan melalui analisa historis lembaga-lemabga
sosial2.pendekatan melalui analisa ilmiah tentang realita kehidupan
yangaktual3.pendekatan melalui normatif filosofis, nilai-nilai filsafat
yangnormatif,misalnya nilai filsafat negara, moral dan agama.Pendekatan melalui
tiga aspek itu secara terpadu diperlukan untuk memperoleh segala penetapan dan
tujaun yang lebih realistis. Akrena kalau
3
dilakaukan secar terpisah hasilnya dianggap tidak
mampu untuk mepredeksidan merencanakan tentang dan bagaiman bentuk
dannilai-nilai yangdikehendaki oleh ahri depan generasi mendatang.
Lembaga-lembaga sekarangadalah perwujudan dan warisan masa silam, sampai
seberapa jauh efektifitaslembaga ini untuk menyanggah hari depan dengan segala
perkembanganIPTEK dan SOSBUD yang begitu pesat dan sukar untuk dijangkau.Pendekatan
ilmiah memberikan gambaran kenyataan kehidupan sekarangsebenarnya lewat analisa
diskriptif tentang keseluruhan hidup masyarakat danaktivitas anak-anak dan
orang dewasa motif dan latar belakang aktifitastersebut bahkan juga minat dan
tujuan kegiatan itu sehingga dapat dijabarkan perwujudan pendidikan yang aktif.
Pendekatan normatif filosofis mendasarikomitmen dan orientasi nilai-nilai
fundamental pada suasana ideal yangdiinginkan. Dengan senua itu tujuan
pendidikan yang lebih
representatif
dapatditetapkan
4
4
Dra. Zuhairini, Dkk,
Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta
, Bumi Aksara, Cet. 2004. Hal.16
D.KESIMPULAN
Dari uraian diatas sedikit kita pahami bahwa urgensi
dan fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut:a.Falsafah pendidikan itu dapat
menolong perancang-perancang pendidikan danorang-orang yang melaksanakannya
dalam suatu negara untuk membentuk
pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. b.Falsafah pendidikan dapat
membentuk azas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang
umum
dan yang
khas
.c.Falsafah pendididkan dengan pandangan pendidikan
dianggap sebagianmenjadi azas terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti
yang menyeluruh.Jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas dan nilai
filosofi sertamenggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat pendidikan menjadi
norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam pendidikan. Dan
selanjutnya bagaiman peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik
sebagaiyang dikeumukan oleh secara singkat tapi rinci
Brubacher
tersimpul dalam :1.Fungsi spekulatif:Untuk melaksankan
fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan berusaha :a.Menarik kesimpulan
atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam duatu gambaran pokok
atau
Aksioma
melalaui proses abstrak dan generalisasi
b.Memahami
persoalan pendidikan secara keseluruhan dandalam hubungannya dengan
faktor-faktor lain yangmemepengaruhi dunia pendidikan2.Fungsi normatif Dalam
fungsi ini filsafat pendidikan adalah diharapkan memilikitanggung jawab
terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses
pendidikan.3.Fungsi kritik Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan
penelitian secar cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan
praktek-praktek pendidikan dalam hal
:a.Menguji dasar-dasr pemikiean logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan
berada didalamnya b.Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar-
benar dan jelasc.Memerlukan bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapatditerima
untuk menguatkan atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.Fungsi teori bagi
praktek Apa yang terdapat dalam filsafat pendidikan berupa konsep ide
analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah berfungsi sebagai teori, dan teoriini
bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan.
Dan filsafat memberikan prisnsip-prinsip
umum bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa
filsafat danilmu pendidikan dipndang sebagai bidang-bidang Ilmu yang
salingmelengkapi dan keduanya selali di perleukan oleh para pelaksana
pendidikan.Dengan memahami filsafat orang akan dapat mengembangkan ilmu-ilmu
pengetahuan yang dipelajari secara konsisten. Filsafat mengkaji danmimikirkan
tentang segala sesuatu secara menyeluruh sistematis terpaduuniversal dan
radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah bagi perkembangan bagi
ilmu-ilmu yang bersangkutan.
[1]
Drs M. Yatimin A, M.A,Studi Islam Kontemporer , Jakarta, Amzah, 2006.
Hal 35
[2]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 97-98
[3]
Prof. Dr Omar Muhammad Al- Toumy Al- Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam,
Jakarta, BulanBintang, 1979 Hal 32-35
[4]
Drs Djumbransyah Endar, M. Ed, Filsafat Pendidikan, Surabaya, Karya Abdi
Tama,Cet.Pertama Hal 48-50
[5]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 99
[6]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 99
[7] Suparlan Suhartono. Filsafat
Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar- Ruzz Media. Hal
44
[8]
Jujun S. Suriasumantri.2003.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.Hal 34-35
ndisi~i ae rek nek mbrowsing
BalasHapussip
BalasHapusMantap,,Terimakasih banyak...
BalasHapusCewe ane tugasnya bakalan kelar.hehe
Izin copas yh untuk tugas makalah dosen filsafat Terimakasih
BalasHapus