BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kata-kata pendidikan, bimbingan,
pengajaran, belajar, pembelajaran sering disebut sebagai istilah teknis yang
kegiatan-kegiatannya lebur dalam aktivitas pendidikan. Pendidikan sebagai
aktivitas berarti upaya yang sadar dirancang untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan iImu pengetahuan, pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual individual dan sosial.[1] Penyelenggaraan
pendidikan menuntut suatu sistem pengelolaan yang teratur, terarah dan
terencana, karena pendidikan bukanlah suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan
secara sembarangan, atau acak-acakan, karena yang dihadapi adalah makhluk hidup
(manusia).[2] Dalam prosesnya, pendidikan berdampak
pada kualitas yang diperoleh, dimana kualitas itu sangat sulit diukur
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sagala (2000) bahwa persoalan kualitas amat
rumit dan kompleks, bukan hanya konsep kualitas itu amat relatif tetapi faktor
yang terkait begitu kompleks dan tidak sederhana. Dalam proses pendidikan
hubungan timbal balik antara pendidik dan anak didik berkelanjutan ke arah
tujuan yang hendak diwujudkan bersama yaitu tujuan pendidikan atau tujuan
proses belajar mengajar dengan hasil yang berkualitas.
Oleh sebab itu, untuk mencapai hal
tersebut tentunya sangat perlu ada
managemen yang mengaturnya. Kompleksitas yang ada dalam proses pendidikan
tidaklah sederhana karena berkaitan dengan pembelajaran, kurikulum, tenaga
kependidikan yang profesional, fasilitas, anggaran dan sebagainya. Dengan
adanya administrasi dalam pendidikan maka semua komponen tersebut di atas dapat diatur dan dikelola
sebaik-baiknya. Dalam hal ini seorang kepala sekolah yang sejatinya adalah
seorang top leader mempunyai kewajiban dalam menjalankan administrasi di
lembaga/sekolah yang dipimpinnya.
Salah satu komponen yang sangat
perlu mendapat perhatian adalah kurikulum. Karena memang kurikulum merupakan
alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum
yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
yang di inginkan. Menurut Daryanto, pada jenis dan tingkat sekolah apapun, yang
menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran
yang baik bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling
banyak tantangannya, sedangkan stafnya mendapat bagian tanggung jawab dalam membantu usaha pelaksanaan dan
pengembangan program pengajaran yang efektif.[3]
Dalam ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa
“Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila, Bertujuan Untuk Meningkatkan
Kualitas Manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan
Nasional harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air,
mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan
itu, dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa
percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa”.
Untuk merealisasikan tujuan
pendidikan nasional tersebut telah dilakukan berbagai upaya, diantaranya adalah
:
»
Memantapkan pelaksanaan kurikkulum yang berlaku
»
Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana untuk lebih meratakan
pelayanan pendidikan.
»
Meningkatkan jenis dan jumlah guru, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, sebagai kelanjutan usaha meningkatkan dan memeratakan mutu melalui
pendidikan dan pelatihan.
Oleh sebab itu seorang kepala sekolah
harus mengetahui kebijaksanaan dan langkah-langkah administratif yang sedang
berlaku.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana pengertian dan
konsep administrasi kurikulum?
2. Apa-apa sajakah kegiatan
pokok dalam operasional kurikulum?
3. Apa yang harus di
utamakan dalam kurikulum?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dan manfaat yang dapat
kita ambil dalam makalah ini adalah :
1.
Agar Mahasiswa memahami bagaimana penyelenggaraan pendidikan yang sesuai
dengan sistem, pengelolaan yang teratur,
terarah dan terencana.
2.
Agar Mahasiswa memahami bahwa kurikulum merupakan alat yang sangat
penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan
tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang di inginkan.
3.
Agar Mahasiswa memahami dan mengerti faktor apa saja yang
berhubungan dengan kurikulum.
D.
Sistematika Pembahasan
Skripsi ini
terdiri dari tiga bagian, dan masing-masing bagian disusun secara sistematis
sebagai berikut :
Pada bab I pendahuluan,dalam
bab ini dimuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika pembahasan. Bab II pembahasan, dalam bab ini berisi
tentang pengertian Administrasi Kurikulum, Dasar-dasar Administrasi Kurikulum, Kegiatan
Pokok Operasional Kurikulum. Aspek kurikulum. Bab III penutup, memuat tentang kesimpulan
dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Konsep Administrasi Kurikulum
Sebelum kita membahas pengertian administrasi
kurikulum secara keseluruhan kami akan membahas secara singkat pengertian
administrasi dan kurikulum ketika berdiri sendiri-sendiri.
Ø Administrasi
Secara etimologi administrasi
berasal dari bahasa Latin “ad” dan “ministro”. Ad mempunyai arti “kepada” dan
ministro berarti “melayani”. Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi
itu merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subyek tertentu. Memang, zaman
dulu administrasi dikenakan kepada pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian
atau pelayanan kepada raja atau menteri-menteri dalam tugas mengelola
pemerintahannya.[4]
Pengertian lain yang secara sederhana juga
dikemukakan oleh Murni Yusuf bahwa administrasi adalah mengarahkan.[5]
Adapun pengertian administrasi secara luas menurut Syaiful Sagala adalah:
“Rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk
menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana dengan
suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.[6]
Jadi administrasi merupakan suatu
hubungan kerjasama untuk saling melayani dan mengarahkan secara teratur atau
sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan
bersama.
Ø Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya bukan
dipakai dalam dunia pendidikan, yaitu dipakai sebagai istilah dalam dunia olah
raga. Dalam buku Asas-asas Kurikulum, S. Nasution menyebutkan bahwa dalam kamus
Webster kata kurikulum timbul untuk pertama kalinya pada tahun 1856. Artinya
pada waktu itu ialah:
·
a race course; a place for running; a chariot. Artinya “suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai
akhir”.
Kurikulum juga berarti “chariot”
semacam kereta pacu zaman dulu, yakni suatu alat yang membewa seseorang dari
start sampai finish. Disamping itu, penggunaan kurikulum yang semula dalam
bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yang dalam kamus
webster disebut “applied particulary to the course of study in a university”
kemudian Nasution menambahkan bahwa pada tahun 1955 dalam kamus Webster
kurikulum diberi arti “sejumlah mata pelajaran disekolah atau mata kuliah di
perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat.
Juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.[7]
Dengan mengacu pada definisi klasik
di atas, yang mengemukakan bahwa kurikulum hanya terbatas pada mata pelajaran
saja, berarti ada beberapa kegiatan dan pengalaman murid yang tidak cocok
dengan batasan kurikulum ini. Kegiatan-kegiatan yang disebut ekstrakurikuler
(extra curiculer activities) berada di luar kurikulum, jadi
pengalaman-pengalaman di sekolah tidak termasuk di dalamnya.
Pengalaman-pengalaman seperti bermain di halaman sekolah, jalan, istirahat dan
lain-lain sejenisnya tidak termasuk kurikulum, dianggap bukan pengalaman
belajar.
Namun, dewasa ini para pemuka
pendidikan menonjolkan kenyataan bahwa belajar pada tiap anak merupakan proses
yang berlangsung selama 24 jam tiap hari. Mereka berpendapat
pengalaman-pengalaman dalam perkumpulan kesenian dan olah raga disekolah dalam
darmawisata dan lain-lain, kesemuanya merupakan situasi-situasi belajar yang
kaya akan pendidikan. Karena kurikulum meliputi segala pengalaman yang sengaja diberikan sekolah
untuk memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan menciptakan situasi
belajar-mengajar.[8]
Ø Administrasi
Kurikulum
Setelah kita mengetahui secara
selayang pandang pengertian masing-masing dari administrasi dan kurikulum, mari
kita arahkan pembahasan pada pengertian administrasi kurikulum secara keseluruhan.
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara
kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[9]
Seperti telah disebutkan sebelumnya
bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah
ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Karena
pada dasarnya pengelolaan/manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah
terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas bahwa pada
hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah/lembaga
pendidikan senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.
Di samping hal di atas, menurut
Murni Yusuf yang mengutip pendapat Nana Syaodih, bahwa dalam kaitannya dengan
kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum :
Ø Kurikulum
merupakan inti pokok yang menjadi substansi kegiatan di sekolah. Kurikulum
berisi perencanaan kegiatan belajar serta tujuan yang akan dicapai.
Ø Kurikulum
dipandang sebagai suatu sistem yang meliputi sistem sekolah, sistem pendidikan
dan bahkan sistem masyarakat. Dalam hal ini, tercakup tata laksana perencanaan
kurikulum, pelaksanaan serta evaluasi dan penyempurnaan kurikulum.
Ø Kurikulum
sebagai suatu studi yang dikaji oleh para ahli di bidang kurikulum. Dalam
kaitan ini, para ahli kurikulum berupaya melakukan pengembangan dan inovasi di
bidang kurikulum.
Dengan demikian, kegiatan dalam
administrasi kurikulum tiada lain adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan
sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian dikembangkan,
sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang
diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum menghendaki agar
rumusan kurikulum benar-benar berangkat dari kebutuhan akan sebuah instrumen
yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan
baik pula.
B.
Dasar-dasar Administrasi Kurikulum
Kurikulum merupakan program pengajaran yang harus dicapai oleh
murid. Kurikulum berisi bidang studi serta materi yang harus dipelajari,
kegiatan yang harus dilakukan, metode mengajar guru, dan teknik evaluasi yang
digunakan di dalam kelas. Dalam pelaksanaannya, kurikulum itu fleksibel. Isi
kurikulum, materi, metode mengajar dan teknik evaluasi yang digunakan oleh
seorang guru berbeda dengan guru lainnya meskipun kurikulumnya sama.
Administrasi kurikulum yang harus dilaksanakan oleh guru di dalam
kelas harus mengikuti kurikulum yang berlaku, sebab program yang tercantum di
dalamnya telah direncanakan dan dipilih oleh para ahli dalam bidangnya
masing-masing. Guru melengkapi kurikulum tersebut dengan gagasan dan
keahliannya sendiri. Semua guru memiliki program, keahlian, dan pengalaman yang
dapat diguakan untuk memperkaya pelaksanaan kurikulum, khususnya yang
menyangkut muatan lokal.
Seorang guru perlu mengatur tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan
yang akan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatur tujuan seorang guru harus
merencanakan pengajaran individual sehingga pengajaran langsung diberikan untuk
mengajarkan fakta, pengertian dan keterampilan. Agar tujuan pembelajaran
bisa dicapai dengan baik maka seorang guru harus melaksanakan tehnik mengajar
dengan :
·
Memusatkan perhatian pada murid
·
Menghemat waktu
·
Menyesuaikan dengan kecepatan murid
·
Mengusahakan masa transisi yang harus dari satu bidang studi ke
bidang studi selanjutnya
·
Meminta murid untuk membuat ikhtisar yang telah di pelajari
C. Kegiatan Pokok
Operasional Kurikulum
Seperti yang disebutkan sebelumnya
bahwa seorang kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam menentukan
kurikulum yang akan di terapkan di sekolah yang dipimpinnya. Oleh sebab itu,
kepala sekolah harus mengetahui hal-hal yang menyangkut pengelolan kurikulum
yang nantinya akan menetukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Menurut Imron Fauzi pelaksanaan dan pembinaan kurikulum meliputi
tiga hal, yakni:
·
Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam
kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan
pendidikan dan pengajaran.
·
Menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta
materi-materi, sumber-sumber dan metode-metode pelaksanaanya, disesuaikan
dengan pembaharuan pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan mesyarakat dan
lingkungan sekolah.
·
Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus di ikuti dan
diturut begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikit pun.
Kurikulum merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya.[10]
Sejalan dengan Fauzi, Ary Gunawan
mengemukakan bahwa secara operasional kegiatan administrasi/manajemen kurikulum
itu meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu:
·
Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru
·
Kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik
·
Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika atau
warga sekolah/lembaga pendidikan.[11]
1. Kegiatan
yang berhubungan dengan guru
a.
Pembagian jam mengajar.
Sebagai PNS
umumnya wajib bertugas:
»
Senin sampai Kamis
Mulai jam 07.00 sampai 14.00
= 4 x 7 jam = 28 jam
»
Jumat
mulai jam 07.00 sampai 11.00
= 1 x 4 jam = 4 jam
»
Sabtu
Mulai jam 07.00 sampai 12.30
= 1 x 5,5 jam = 5,5 jam
Jumlah = 37,5
jam
Adapun kewajiban mengajar bagi
seorang guru sebanyak 24 jam
pelajaran/minggu, dengan ketentuan bahwa tiap satu jam pelajaran berlangsung
selama 45 menit. Maka:
24 x 0.75 jam = 18 jam
b.
Tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran
Ada tiga jenis jadwal pelajaran
untuk guru yaitu; jadwal pelajaran kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.
c.
Tugas guru dalam kegiatan
PBM
Tugas ini merupakan serangkaian
kegiatan pengajaran / instruksional untuk mencapai hasil pengajaran yang
optimal, yaitu:
o Membuat
persiapan / perencanaan pembelajaran
o Melaksanakan
pengajaran
o Mengevaluasi
hasil pengajaran
2. Kegiatan yang berhubungan dengan peserta
didik
kegiatan-kegiatn peserta didik demi
suksesnya PBM tertera dalam jadwal kegiatan belajar yang telah disusun oleh
sekolah beserta jadwal tes/ulangan/ujian, dan jadwal kegiatan belajar yang
diatur sendiri oleh siswa dalam strategi menyukseskan hasil studinya. Seorang
pelajar atau mahasiswa yang studinya aktif dan kreatif biasa menyusun jadwal
untuk waktu-waktu belajar, rekreasi/rileks, tugas sosial, membaca koran, dan
sebagainya.
3.
Kegiatan yang behubungan dengan seluruh civitas akademika
Kegiatan ini merupakan sinkronisasi
segala kegiatan sekolah yang kurikuler, ekstrakurikuler, akademik / non
akademik, hari-hari kerja, libur, karyawisata, hari-hari besar nasional agama
dan sebagainya.
Demikianlah tiga hal pokok yang
berhubungan dengan kegiatan operasional dari kurikum yang seyogyanya harus
diperhatikan oleh seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah bertanggung
jawab menugaskan stafnya dalam bidang kurikulum untuk mengawasi hal-hal yang
tersebut diatas demi tercapai dan suksesnya tujuan pendidikan. Disamping ketiga
kegiatan pokok tersebut di atas, nampaknya masih perlu di ketengahkan
kegiatan-kegiatan penunjang PBM untuk dibahas yaitu bimbingan dan penyuluhan
atau bimbingan dan konseling, usaha kesehatan sekolah (UKS), dan perpustakaan.
Dalam upaya meningkatkan suksesnya PBM, maka beberapa kendala PBM perlu
diatasi, yaitu faktor kelengkapan bahan bacaan.
Ø Faktor
kesehatan nonfisik / psikologis
Seorang peserta
didik bisa kurang sukses dalam PBM bila jiwanya mengalami gangguan/distorsi,
seperti sedang patah hati, risau, mengalami gangguan rumah tangga, gangguan
sosial / ekonomi dan gangguan-gangguan lain yang dapat mempengaruhi psikis.
Dalam kondisi seperti kasus-kasus di atas sebaiknya siswa atau mahasiswa segera
pergi ke petugas BP atau BK sekolah atau Perguruan Tinggi untuk mendapatkan
penyelesaian masalah secara baik, melalui diagnosis, prognosis, terapi dan
tindak lanjut seperlunya.
Ø Faktor
kesehatan fisik
Seorang peserta
didik bisa kurang sukses atau terganggu PBM-nya bila di sekolah tiba-tiba ia
sakit kepala, sakit perut, terluka (ringan), demam dan lain sebagainya. Maka ia
dapat segera meminta untuk mengobati sakitnya agar dapat kembali mengikuti PBM
dengan baik. Dengan demikian jasa UKS di sekolah adalah sebagai penunjang PBM,
siswapun tidak perlu kehilangan pelajaran terlalu banyak.
Ø Faktor
kelengkapan bahan bacaan
Seorang peserta
didik bisa kurang sukses atau terganggu PMB-nya karena kurang lengkap bahan
bacaannya, maka ia dapat segera memanfaatkan jasa perpustakaan sekolah,
sehingga ia terbebas dari gangguan PBM. Jika ditinjau dari fungsinya,
perpustakaan bukan hanya sebagai tempat penyimpan buku dan sebagai penunjang
kegiatan PBM. Maka perpustakaan lebih tepat masuk dalam administrasi kurikulum
bersama BP dan UKS.
D. Aspek Utama Kurikulum
Dalam garis
besarnya ada beberapa tanggapan yang
berbeda-beda, yaitu:
»
Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan
keadaan, latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
»
Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum
harus disusun berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu.[12]
Seperti kita lihat di atas, anggapan
pertama berorientasi kepentingan masyarakat atau sosial, sedangkan anggapan
kedua mementingkan individu atau berorientasi psikologis. Barangkali tidak ada
orang yang mau mempertahankan salah satu pendapat dalam bentuk ekstrim. Dalam
kenyataannya setiap program pengajaran yang berpedoman pada kepentingan
masyarakat, sampai batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu
pula, dan sebalinya setiap kurikulum yang berorientasi psikologis dengan
sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat pula.
Pendirian yang ketiga selain dari
dua yang di atas menganggap tidak ada pertentangan secara prinsipil di antara
keduanya. Kita tidak usah berpegang pada salah satunya, sebab itu benar-benar
tidak realistis. Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai individu jika
dia berada dalam masyarakat tempat dia hidup. Karena itu kurikulum harus
berorientasi pada individu di dalam masyarakat.
Pendapat yang terakhir ini nampaknya
memang yang paling cocok atau sejalan dengan filsafat pendidikan dan tujuan
dari pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945,
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Aspek lain dalam masalah di atas
adalah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan
dan kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi masa dewasa) atau
harus ditentukan oleh kebutuhan dan kepentingan murid sekarang ini. Pihak yang
mempertahan kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran yang
didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya berpendirian
bahwa tugas fungsi pendidikan ialah untuk kehidupan orang dewasa. Karena itu
kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna untuk anak
di masa akan datang. Pendapat yang menetang pendidirian di atas mengemukakan
teori bahwa anak harus di anggap sebagai anak dengan hak-haknya, bukan sebagai
orang dewasa dalam bentuk mini. Karena itu kurikulum harus memperhatikan
masalah-masalah yang menyangkut anak saja.
Dari kedua pendapat di atas, muncul
pendapat ketiga yang mengemukakan pendirian bahwa pada dasarnya tidak usah ada
pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam kurikulum cukup di
perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah pihak,
baik anak maupun orang dewasa. Kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman
belajar yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung di dalam kehidupan anak
dan mempersiapkan mereka untuk hidup di masa dewasa kelak. Dikemukakan pula
bahwa: “mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa” berimplikasi
masyarakat yang statis dimana kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa
kelak dapat diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang.
Pendapat terakhir dalam memberikan
pemecahan masalah-masalah anak yang di hadapi sekarang dan menyangkut
kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan penggunaan kecerdasan secara
fleksibel, mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan
pesatdari keanekaragaman dunia dewasa ini. Pandangan terakhir ini nampaknya
memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka yang fleksibel namun mantap
untuk perencanaan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kurikulum
merupakan program pengajaran untuk dicapai oleh murid-murid yang telah disusun
menurut standar yang berlaku dimanapun diseluruh indonesia. Sewaktu
dilaksanakan oleh guru, ternyata ada berbagai pariasi yang dipengaruhi oleh
perbedaan keterampilan dan filsafat guru. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat di tarik beberapa kesimpulan:
1.
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan
efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
2.
Secara operasional kegiatan administrasi/manajemen kurikulum itu
meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu:
·
Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru
·
Kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik
·
Kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika atau
warga sekolah/lembaga pendidikan.
·
Dalam kenyataannya setiap program pengajaran yang berpedoman pada
kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap kurikulum yang
berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat
pula.
Dikemukakan pula bahwa kurikulum
harus memuat pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut
kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk
hidup di masa dewasa kelak. kurikulum menguraikan cara guru mngorganisasi dan melaksanakan
program pengejaran didalam kelas. Ada beberapa pendapat dalam hal ini, yaitu:
·
Kurikulum harus direncanakan dan dilaksanakan
oleh guru, termasuk semua langkah-angkah
pelaksanaannya
·
Kurikulum harus menekankan pada struktur berbagai bidang studi.
·
Kurikulum harus memeberi kebebasan yang lebih
besar pada murid. Murid harus dapat memilih apa yang ingin dipelajari dan dapat mngatur waktu belajar.
·
Murid harus memeilih sendiri apa yang ingin
dipelajari dan guru bertidak selaku
fasilitator.
·
Kurikulum harus diatur berurutan dan disajikan
sedemikian rupa sehingga murid dapat
menguasai semuanya.
·
Perencanaan kurikulum harus memeperhatikan:
- Tujuan dan sasaran
- Kemampuan murid
- Metoda mengajar
- Majemen bidang studi
- Manajemen materil
- Evaluasi dan pencatatan hasil belajar
·
Kurikulum dapat diorganisasikan sebagai :
- Pengajaran unit
- Pengajaran individual
·
Kedua pengajaran perlu menguruskan:
- Tujuan yang ingin dicapai
- Kegiatan yang akan dilakukan
- Materi atau bahan pengajaran yang akan
diberikan
- Perluasan atawu tindak lanjut
- Evaluas
B.
Saran
Dari
makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya
dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih
banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya
yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung:
Alfabeta, 2000.
2.
Drs.H.Zainy Chalish Hamdy,M.Ed, Dkk Administrasi Pendidikan dan
Supervisi Pendidikan. Penerbit IAIN Press Medan.
3.
H.M Daryanto, Administrasi Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta,
2001.
4.
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan
Mikro”, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
5.
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Hal 1-2.
[1] Syaiful Sagala, Administrasi
Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000). Hal 1
[2] Drs.H.Zainy Chalish Hamdy,M.Ed, Dkk Administrasi Pendidikan dan
Supervisi Pendidikan. Penerbit IAIN Press Medan. Hal 1
[3] H.M Daryanto, Administrasi Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta,
2001). Hal 36
[4] H.M Daryanto, Administrasi
Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). Hal 1
[5] http://www.muniryusuf.com/administrasi-kurikulum.html.
[6] Syaiful Sagala, Op.Cit., Hal 26
[7] S. Nasution, Asas-asas
Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Hal 1-2.
[8] H.M. Daryanto, Op.Cit.,. Hal 38.
[9] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro”,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1996).h. 80.
[10] http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/15/dasar-dasar-administrasi-pendidikan-2.
[11] Ary H. Gunawan, Op.Cit.. Hal : 80
[12] H.M Daryanto. Hal 41-43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar