BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan, adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada
hakikatnya adalah proses yang satu, berarti bahwa seluruh proses hidup dan
kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang
hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sempit,
pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar
dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya
identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya
pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang
berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan
usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam
membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar
dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan
sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya
bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya
dengan proses pendidikan secara keseluruhannya .
Dengan pengertian pendidikan yang
luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas
pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang
diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang
sederhan yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak
pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersipat mendasar dan mendalam,
sehingga sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan
pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab
dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan
pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Filsafat adalah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu
disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila
berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti
tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang
sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat
ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya. Filsafat membahas
sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat
adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu
yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya
sebagian kecil saja.
Kita memahami bahwa filsafat
merupakan satu paham ilmu yangmencakup terhadap segala pengertian, kebutuhan
dan keperluan dalammenentukan arah perkembangan hidup dan kehidupan manusia.
Arti dari pada filsafat secara umum adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya.[1]
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
Ø Mengapa
pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu.
Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia..?
Ø Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau
untuk kepentingan masyarakat..?
Ø Apakah
pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk Pembinaan
masyarakat..?
Ø Siapakah
hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana
tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga,
masyarakat, dan sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab
pendidikan tersebut setelah manusia dewasa...?
Ø Apakah
hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik akal,
perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya,
pendidikan skil ataukah intelektualnya...?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ANALISIS FILSAFAT DALAM MASALAH
PENDIDIKAN
Antara
filsafat dan pendidikan terdapat suatu pertalian yang tak terpisahkan. Peranan
filsafat pendidikan adalah sebagai pendorong dilakukannya aktivitas pendidikan.
Filsafat berperanan menetapkan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, sedang
pendidikan bertugas merealisasikan ide-ide dalam ajaran filsafat tersebut
menjadi kenyataan dalam bentuk tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikian , filsafat pendidikan
dijadikan dasar orientasi kegiatan sistem pendidikan, dijadikan arah dan tujuan
kegiatan pendidikan yang dijalankan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan
pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan
bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah
bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka
dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan.[2]
Masalah
pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan adalah seluruh proses hidup dan kehidupan
manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya
merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam
artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh,
yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam
situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan
adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan
manusia.
Pendidikan
merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam
membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar
dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan
sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya
bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya
dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.
Untuk
lebih tegas terhadap penjelasan kita terhadap kepentingan penentuan suatu
falsafah pendidikan, maka dibawah ini akan kami tuliskan beberapa kegunaan yang diperoleh dari
penentuan falsafah ini. Di antara manfaat itu seperti berikut :
1.
Falsafah pendidikan sebagai perancang
pendidikan
Falsafah pendidikan sebagai perancang
pendidikan dapat menolong
perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu
negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Di samping
itu dapat
menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsinya serta meningkatkan
mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan
dan keputusan
termasuk rancangan –rancangan pendidikan mereka, begitu juga
untuk memperbaiki
peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaedah dan
cara mereka mengajar yang
mencakup peniaian, bimbingan, dan penyuluhan.
2.
Falsafat Pendidikan sebagai Azas
Dari segi
lain falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat
ditentukan pandangan
pengkajian yang umum dan yang khas. Kurikulum yang di buat kaidah-kaidah pengajaran di pilih antara yang di gunakan
disekolah-sekolah, sekolah guru, universitas dan institut-institut. Begitu juga
dengan kebijaksanaan cara-cara pelaksanaan yang ingin diikuti
dalam mengajarkan di sekolah-sekolah, sekolah guru dan
universitas dalam usaha untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan, dan
membentuk rancangan-rancangan pendidikan dengan segala jenis dan tingkatan.
Maka perancang pendidikan dan pengemabangan pendidikan tidak dapat
melaksanakan apa yang
diharapkan dari proses merancang, membimbing,menyelaras, meninjau, mengubah,
dan mengembangkan kurikulum,kaidah-kaidah, cara-cara dan alat pengajaran yang
bermacam-macamdengan mendalam.
3. Falsafah
pendidikan sebagai penilai pendidikan
Falsafah pendidikan sebagai Azaz dapat menjadi azas terbaik
untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap yang perlu dan
penting bagi setiap pengajaran yang baik. dalam pengertian yang baru, penilaian
pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi
pendidikan secar umum, untuk mendididk angkatan baru dan warga negara dan
segala yang berkaitan. Jadi konsep penilaian tidak hanya penilaian bagi murid-murid
atau pelajar saja. Sudah tentu penialaian disertai
ukuran-ukuran dan norma yang
menjadi dasarnya dan ukuran-ukuran yang
wajar bagi proses penilaian
sekolah dan pendidikan.[3]
Dijelaskan
pula oleh pendapat branameld bahwa latar belakang ide-idefilsafat menentukan
pendidikan, karena tujuan pendidikan bersumber dari filsafat sehingga
pendidikan merupakan suatu proses pembinaan kepribadian anak didik atas
nilai–nilai filsafat. Jadi jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas
dan nilai filosofi serta menggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat
pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam
pendidikan. Dan
selanjutnya bagaimana peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para
pendidik sebagaimana yang di kemukakan Brubacher secara singkat tapi rinci
tersimpul dalam :
»
Pendekatan spekulatif
Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga
sebagai cara pendekatan reflektif, berarti, memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan
menggambarkan. Ini adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan
teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan
menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya.
Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal yang harus
diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan
pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu,
kepribadian,kurikulum, kedewasaan dan sebagainya. Untuk melaksanakan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan
berusaha :
·
Menarik
kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam suatu gambaran pokok atau
Aksioma
melalaui proses abstrak dan
generalisasi.
·
Memahami
persoalan pendidikan secara keseluruhan dan dalamhubungannya dengan faktor-faktor
lain yang memepengaruhidunia pendidikan.
»
Pendekatan normatif
Artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang
berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma
tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha
dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai dari kehidupan manusia, juga tidak
lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif,
dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam
hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan
antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian
akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan
diarahkan. Dalam fungsi ini
filsafat pendidikan diharapkan memiliki
tanggung jawab terhadap
formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses pendidikan.
»
Pendekatan kritik
Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan
penelitian secara cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan
praktek-praktek pendidikan dalam hal
:
·
Menguji
dasar-dasar
pemikiran logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan
berada didalamnya
·
Menguji
dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar- benar dan jelas
·
Memerlukan
bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapat
diterima untuk menguatkan
atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.
»
Pendekatan
teori bagi praktek
Apa yang terdapat dalam filsafat
pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah berfungsi
sebagai teori, dan teoriini bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi
suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan
prisnsip-prinsip umum bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa filsafat
dan ilmu pendidikan dipandang sebagai bidang-bidang Ilmu yang saling melengkapi
dan keduanya selali di perlukan oleh para pelaksana pendidikan.[4]
»
Pendekatan
Integratif
Mengingat fungsi falsafah pendidikan
sebagai asas kerohanian atau rohnya pendidikan. Maka fungsi integratif filsafat
pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemandu fungsional semua nilai dan
asas normatif dalam ilmu pendidikan.[5]
»
Pendekatan
Analisis Konsep
Artinya
pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang
mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama,
tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep
seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman
tentang kerbau yang sama,berbeda pula dengan konsep seorang petani, peternak,seoramg
guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai Pendekatan
dalam pilsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para
ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau
minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan
pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat,
sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta
nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan
segalanya .
»
Pendekatan Analisa
ilmiah
Fungsi
Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific
analysis of current life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah
kependidikan yang actual, yang menjadi problema masa ini. Dengan menggunakan metode-metode
ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalahan – permasalahan
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta
aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
Selanjutnya harry
schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam bukunya filsafat
pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah
pendidikan digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :
Ø Pendekatan filsafat histories
Ø Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.
Dengan Pendekatan filsafat histories
(historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-
pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dan
para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang
dalam sistematika., jenis dan aliran –aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna
itu, kalau diajukan pertanyaan tentang berbagai masalah filosofis dalam bidang
pendidikan, jawabanya melakat pada masing-masing system, jenis dan aliran
filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban mana
yang sesuai dan dibutuhkan
Dengan memahami filsafat orang akan dapat
mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari secara konsisten. Filsafat
mengkaji dan memikirkan tentang segala sesuatu secara menyeluruh
sistematis terpadu, universal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman
dan arah bagi perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
Dalam
mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan
filsafat, yaitu, Ontology, Epistemologi, dan aksiologi.[6]
1.
Ontologi dan
pendidikan
Ontology terdiri dari dua suku kata,
yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang
berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat
yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata
hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam,
dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib
dalam keharmonisan.[7]
Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan
berdasarkan pada logika semata. Obyek telaah ontologi adalah yang ada. [8] Dasar
pendidikan Pertama-tama pada latar belakang filsafat diperlukan dasar ontologis
dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu
pendidikan melalui pengalaman panca indra ialah dunia pengalaman manusia secara
empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang
lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi
pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat
sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik . Agar pendidikan
dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan
dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.
Ø Teologi
Teologi
merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang tuhan, bagaimana hubungannya dengan manusia, dan
dengan alam semesta.
Ø Kosmologi
Kosmologi
membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam semesta.
Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang
sifatnya material. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin
pengamatan dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu, kosmologi
menghayati realitas kosmos secara intelektual.
Ø Manusia
Seperti
yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk
hakikat manusia dan hakikat anak. Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi.
Ada beberapa bentuk, ataupun ciri khas manusia,yaitu :
·
Manusia sebagai makhluk individu
Manusia
pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Tidak ada manusia yang sama ataupun serupa yang dicptakan
Tuhan di jagat Raya ini, walaupun pada anak manusia kembar sekalipun. Secara
pisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan, namun secara psikologis
rohaniah akan banyak menunjukkan perbedaan.
·
Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia
lahir ke dunia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, ia
lahir dalam keadaan tidak berdaya. Namun, bersamaan dengan itu, ia lahir memiliki
potensi kemanusiaan beruppa kekuatan pendengaran, kekuatan pengelihatan, dan
budi pekerti. Potensi kemanusiaan tersebut merupakan modal dasar bagi manusia
untuk berkembang menjadi dirinya sendiri.
·
Manusia sebagai makhluk susila
Manusia
yang lahir dilengkapi dengan kata hati atau hati nurani, yang memungkinkan ia
memiliki potensi untuk membedakan perbuatan baik dan buruk, sehingga ia dapat
memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan itu. Manusia sebagai makhluk susila
mampu memikirkan dan menciptakan normma-norma.
·
Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan
Manusia
merupakan makhluk yang memiliki potensi dan mampu mengadakan komunikasi dengan
Tuhan sebagai maha pencipta alam semesta.[9]
2.
Epistemology dan Pendidikan
Istilah epistemologi berasal dari
bahasa Yunani kuno, dengan asal kata “episteme” yang berarti pengetahuan dan
“logos” yang berarti teori’. Secara etimologi, epistemologi berarti teori
pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan ruang linkup pengetahuan, tentang asal, struktur,
metode serta keabsahan pengetahuan.[10] Epistomologi
mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana sumber ilmu, serta bagaimana
proses terjadinya. Dengan menyederhanakan batasan tersebut, Brameld mendefinisikan
epistomologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan
kebenaran kepada murid-muridnya”.[11]
Dasar
epistemologis sangat diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi
mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalaipun
pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula.
Melalui Pendekaatan fenomenologis yang bersifat kualitaatif, artinya melibatkan
pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca
positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik
atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena
penelitian tertuju tidak hanya pemahaman dan pengertian melainkan unuk mencapai
kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka validitas
internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan
seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian
etnografis dan penelitian ex post facto.
Inti
dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahawa dalam menjelaskaan
objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu terapan
melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebagai ilmu otonom
yang mempunyi objek formal sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak
dapat hanya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental.
3.
Aksiology dan Pendidikan
Secara
etimologis, istilah eksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari
kata “aksios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti teori. Jadi,
aksiologi merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari nilai. Aksiologi
mempelajari tentang hakikat nilai. Dalam hal ini aksiologi berkaitan dengan
kebaikan dan keindahan tentang nilai dan penilaian. Hal ini merupakan bidang
kajian tentang dari mana sumber nilai, akar dan norma serta nilai subsransif
dan standar nilai. Etika berkaitan dengan kualitas, moralitas pribadi dan
perilaku sosial. Demikian pula etika merupakan penentuan perilaku yang baik,
masyarakat yang baik dan kehidupan yang baik.
Dasar aksiologis membahas tentang
manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkanya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam
mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Dangan mempelajari atom kita dapat
memanfaatkan untuk sumber energi bagi keselamatan manusa, tetapi hal ini juga
dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia. Penciptaan bom atom akan
meningkatkan kualitas persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan
akan mengancam keselamatan umat manusia.[12]
Aksiologi
pendidikan dapat memberi manfaatan bagi
pendidikan, tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan
untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan
manusia secara beradab. Kegunaan ilmu
secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat
atau mengubah hakikat kemanusiaan. Tiap ilmu terutama dalam implementasinya
selalu terkait dengan aksiologinya. Dalam hal ini akan dijelaskan seberapa jauh
ilmu mempunyai peranan dalam membatu mencapai kehidupan manusia yang sejahtera
di dunia ini atau apakah manfaat ilmu bagi kehidupan manusia di dunia ini.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari
uraian diatas sedikit kita pahami bahwa urgensi dan fungsi filsafat pendidikan
sebagai berikut:
Ø Falsafah pendidikan itu dapat menolong
perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara
untuk membentuk pemikiran sehat terhadap
proses pendidikan.
Ø Falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat ditentukan
pandangan pengkajian yang umum dan yang khas.
Ø Falsafah
pendididkan dengan pandangan pendidikan dianggap menjadi azas terbaik untuk
penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.Jika tiap-tiap pendidikan telah
memahami azas-azas dan nilai filosofi sertamenggunakannya dalam pendidikan,
maka filsafat pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di
dalam pendidikan.
Dan
selanjutnya bagaiman peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik
sebagai yang dikeumukan oleh secara singkat tapi rinci Brubacher tersimpul
dalam :
Ø Fungsi
spekulatif :
Untuk melaksankan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan
berusaha Menarik kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan
kedalam duatu gambaran pokok atau melalaui proses abstrak dan generalisasi Memahami
persoalan pendidikan secara keseluruhan dandalam hubungannya dengan
faktor-faktor lain yangmemepengaruhi dunia pendidikan
Ø Fungsi
normatif
Dalam fungsi ini filsafat pendidikan adalah diharapkan
memilikitanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk
mengarahkan proses pendidikan.
Ø
Fungsi kritik Dengan fungsi ini filsafat
pendidikan melakuikan penelitian secar cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran
dan praktek-praktek pendidikan.
Akan tetapi sebelum mengkaji
peranan filsafat pendidikan terlebih dahulu ditinjau tiga lapangan filsafat,
yaitu ontology, epistemologi, dan aksiologi.
B. Saran
Dari
makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya
dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih
banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya
yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Drs M. Yatimin A, M.A,Studi Islam
Kontemporer , Jakarta, Amzah, 2006.
2.
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat
Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama, Jakarta.
3.
Prof. Dr Omar Muhammad Al- Toumy Al-
Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta, BulanBintang, 1979
4.
Drs Djumbransyah Endar, M. Ed, Filsafat
Pendidikan, Surabaya, Karya Abdi Tama.
5.
Suparlan Suhartono. Filsafat
Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar- Ruzz Media.
6.
Jujun S. Suriasumantri.2003.Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
7.
Mohammad Noor Syam. Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan. Pancasila Usaha Nasional
Surabaya.
8.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM.Filsafat Ilmu 2000.
Penerbit Liberty Yogyakarta.
[1]
Drs M. Yatimin A, M.A,Studi Islam Kontemporer , Jakarta, Amzah, 2006.
Hal 35
[2]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 97-98
[3]
Prof. Dr Omar Muhammad Al- Toumy Al- Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam,
Jakarta, BulanBintang, 1979 Hal 32-35
[4]
Drs Djumbransyah Endar, M. Ed, Filsafat Pendidikan, Surabaya, Karya Abdi
Tama,Cet.Pertama Hal 48-50
[5]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 99
[6]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 99
[7] Suparlan Suhartono. Filsafat
Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar- Ruzz Media. Hal
44
[8]
Jujun S. Suriasumantri.2003.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.Hal 34-35
[9]
Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 101-102
[10]
Drs. Usiono,M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan ,2006. Hijri Pustaka
Utama Jakarta. Hal 58
[11]
Mohammad Noor Syam. Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan.
Pancasila Usaha Nasional Surabaya. Hal 32
[12]
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM.Filsafat Ilmu 2000. Penerbit Liberty Yogyakarta.hal 91
Tidak ada komentar:
Posting Komentar