BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen
utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan
antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan dengan seberapa giat
seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja
yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan
organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran
mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Manusia dalam suatu organisasi mempunyai kedudukan
yang sangat strategis karena manusia bisa mengetahui masukan yang perlu diambil
dari lingkungan, cara mendapatkan dan menangkap masukkan tersebut menggunakan
teknologi, mampu mengolah atau mentransformasikan masukan-masukan tersebut
menjadi suatu keluaran atau hasil yang berarti. Manusia menjadi penggerak dan
penentu jalannya organisasi, maka perhatian dari pimpinan sangat diperlukan.
Perencanaan dan pengawasan dari pimpinan sangat diperlukan dengan didukung oleh
semangat kerja dari karyawan sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai
pada tingkat yang optimal.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
Ø Pengertian
Motivasi
Ø Faktor-faktor
yang mempengaruhi Motivasi Kerja
Ø Motivasi
dalam Organisasi
Ø Jenis-jenis
Motivasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Motivasi
Istilah
motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti
“menggerakkan” (to move). Ada banyak perumusan mengenai motivasi, menurut
Mitchell dalam winardi, motivasi mewakili proses-proses psikologika, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkanya dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan
suka rela (volunter) yang diarahkan ketujuan tertentu. Setiap pimpinan perlu
memahami proses-proses psikologikal apabila berkeinginan untuk membina karyawan
secara berhasil dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran keorganisasian. Motivasi
juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu berdasarkan mana
dari berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya.
Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai pemberian motif-motif sebagai
pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk mencapai tujuan organisasional.
Perilaku
manusia itu pada hakikatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain
bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk
mencapai beberapa tujuan.[1]
Yaitu dengan bentuk motivasi. Motivasi
kadang-kadang dipakaikan kepada istilah-istilah yang berganti-ganti, antara
lain kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive), atau impuls. Orang
yang satu berbeda dengan yang lainnya selain terletak pada kemampuannya untuk
bekerja juag tergantung pada keinginan mereka untuk bekerja atau tergantung
pada motivasinya. Adapun motivasi seseorang ini tergantung pada kekuatan dari
motivasi itu sendiri. Dorongan yang menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha
mencapai tujuan-tujuan, baik sadar atau tidak.[2]
Eksistensi
manusia akan kebutuhan inmaterial seringkali terlupakan. Bukan material (uang)
saja yang membuat manusia termotivasi untuk melakukan tindakan. Akan tetapi
inmaterial juga memegang peranan yang sangat penting untuk diperhitungkan dalm
memotivasi orang lain. Manusia memiliki keinginan yang sama yaitu ingin dipuji,
diakui, didengarkan, dihormati, dan dihargai. Itulah bagian yang dapat
memotivasi seseorang. Keberhasilan yang bermutu tinggi hampir dikarnakan orang
tersebur memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan aktifitas.[3]
Motivasi
jua dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan
tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik
yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun
dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya,
baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian
tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Untuk
memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, antara lain :
·
Teori Abraham H. Maslow
(Teori Kebutuhan);
·
Teori McClelland (Teori
Kebutuhan Berprestasi);
·
Teori Clyton Alderfer
(Teori ERG);
·
Teori Herzberg (Teori
Dua Faktor);
·
Teori Keadilan;
·
Teori penetapan tujuan;
·
Teori Victor H. Vroom
(teori Harapan);
·
Teori Penguatan dan
Modifikasi Perilaku;
·
Teori Kaitan Imbalan
dengan Prestasi.
Teori
motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
·
kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
·
kebutuhan rasa aman
(safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual;
·
kebutuhan akan kasih
sayang (love needs);
·
kebutuhan akan harga
diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status;
·
aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia
itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang
unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik
pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia
dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan,
bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut
terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh
Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara
analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti
dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika
konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti
seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini
keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan
terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa
aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat
dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin
mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi
juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan
berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil
memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati
rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Teori
McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) dikenal tentang teori kebutuhan untuk
mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa
motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan
prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,
mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui
penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut
McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers)
memiliki tiga ciri umum yaitu :
·
sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
·
menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya;
·
menginginkan umpan
balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka
yang berprestasi rendah.
B. Factor-faktor
yang mempengaruhi Motivasi kerja
Motivasi juga
didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu berdasarkan mana dari
berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya.
Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai pemberian motif-motif sebagai
pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk mencapai tujuan organisasional.
Motivasi dalam organisasi bertujuan untuk mendorong
semangat para anggota organisasi, meningkatkan produktivitas, kedisiplinan, dan
menciptakan kesejahteraan organisasi agar tercapai tujuan organisasi dengan
baik. Motivasi sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan akan kehidupan,
baik dalam lehidupan sehari-hari maupun dalam iklim organisasi. Faktor yang
mempengaruhi motivasi dalam organisasi antara lain adalah :
1. Budaya
Budaya
organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para
anggota organisasi, termasuk anggota organisasi yang berada dalam hirarki
organisasi. Norma tersebut dapat terlihat dari kebiasaan kebiasaan rutinitas
yang diterapkan dari organisasi.
Budaya
organisasi mampu menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi tetapi dapat pula
menjadi faktor utama kegagalan organisasi. Budaya ini berbeda-beda tiap
organisasi, ada organisasi yang memiliki budaya yang kuat dan ada pula yang
memiliki budaya organisasi yang lemah. Budaya organisasi banyak berpengaruh
pada pola perilaku dalam bidang :
·
Nilai-nilai perusahaan
(masalah baik-buruk, masalah etika)
·
Suasana organisasi
(bagaimana orang merasa dan beraksi)
·
Gaya kepemimpinan dalam
melakukan wewenang.
2. Pemberian
Upah
Menurut
Schermerhorn salah satu kunci yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan
motivasi adalah melalui imbalan yang bernilai dan berkaitan dengan kemajuan
kinerja yang harus didistribusikan secara adil.[4]
3. Kepemimpinan
Jika
dilihat pada konteks kepemimpinan hal yang saling terkait adalah adanya unsur
kader penggerak, adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya
tujuan organisasi dan adanya manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian
anggota. Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer
mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan,
kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah
yang berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya
komunikasi, cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan
tindakan pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, dan interaksi
antar kelompok.
4. Iklim
Organisasi
Iklim
organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang
membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya yang mengarah pada
persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi yang berpengaruh
terhadap motivasi pada pelaku organisasi.[5]
C. Motivasi
dalam Organisasi
Dari
beberapa pengertian motivasi diatas, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa
pengertian motivasi adalah pemberian daya pendorong atau penggerak yang
diberikan pimpinan kepada seseorang dengan maksud agar seseorang itu mau
bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan organisasi adalah
system kerjasama yang dilakukan dalam sebuah perkumpulan baik formal dan
informal, sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa motivasi dalam organisasi adalah
pemberian daya penggerak dari seluruh system yang ada dalam sebuah organisasi
sehingga tujuan organisasi tersebut dapat tercapai.
Motivasi
merupakan hal yang sangat diperlukan dalam sebuah organisasi karena tanpa
adanyamotivasi dalam organisasi akan sulit organisasi tersebut dalam mencapai
tujuannya, dengan menerapkan motivasi dalam organisasi maka disuatu organisasi
tersebut akan terciptanya komunikasiyang baik dan kerjasama yang baik antara
anggota dan pemimpinnya, terbuka dan transparan.Secara individual, upaya
motivasi bisa dilakukan melalui upaya-upaya mengontrol, menilai lalumemotivasi
diri sendiri. Namun, ada kalanya kesadaran untuk memotivasi diri tidak muncul
dalamdiri seseorang, karena itu diperlukan motivasi eksternal yang bisa berasal
dari atas, keluarga, rekan sejawat, guru dan lainnya.
Suatu
organisme (manusia/hewan) yang dimotivasi akan terjun ke dalam suatu aktivitas
secara lebih giat dan lebih efisien daripada yang tanpa dimotivasi. Selain
menguatkan organisme itu, motivasi cenderung mengarahkan perilaku (orang yang
lapar dimotivasi untuk mencari makanan untuk dimakan; orang yang haus, untuk
minum; orang yang kesakitan, untuk melepaskan diri dari stimulus/rangsangan
yang menyakitkan.
Sampai
pada abad 17 dan 18, para pakar filsafat masih berkeyakinan bahwa konsepsi
rasionalisme merupakan konsep satu-satunya yang dapat menerangkan
tindakan-tindakan yang dilakukan manusia. Konsep ini menerangkan bahwa manusia
adalah makhluk rasional dan intelek yang menentukan tujuan dan melakukan
tindakannya sendiri secara bebas berdasarkan nalar atau akalnya. Baik-buruknya
tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat tergantung dari tingkat
intelektual orang tersebut. Pada masa-masa berikutnya, muncul pandangan
mekanistik yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia timbul
dari adanya kekuatan internal dan eksternal, diluar kontrol manusia itu
sendiri. Hobbes (abad ke-17) mengemukakan doktrin hedonisme-nya yang menyatakan
bahwa apapun alasan yang diberikan oleh seseorang atas perilakunya, sebab-sebab
terpendam dari semua perilakunya itu adalah adanya kecenderungan untuk mencari
kesenangan dan menghindari kesusahan.
Teori
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya
tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama
dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Dalam
konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk
memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya :
·
durasi kegiatan;
·
frekuensi kegiatan;
·
persistensi pada
kegiatan;
·
ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
·
devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan;
·
tingkat aspirasi yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
·
tingkat kualifikasi
prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
·
arah sikap terhadap
sasaran kegiatan.
D. Jenis-jenis
Motivasi
Ada beberapa jenis-jenis Motivasi,
diantaranya :
1. Motivasi
Intrinsik atau Motivasi Internal
Motivasi
intrinsic/Internal merupakan bentuk perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
yang dipicu karena adanya proses
berpikir logis dengan memperhatikan hal-hal yang terjadi dalam dirinya. Salah
satu di antaranya kebiasaan yang tidak wajar, keinginan yang tertunda, perasaan
bersalah, kebiasaan buruk dan lain-lain.
Menurut
Winardi motivasi intrinsic/internal dipengaruhi oleh tiga hal dasar yaitu :
kebutuhan, aspirasi dan keinginan. Motivasi terjadi dengan tidak sendirinya,
perlu adanya kesadaran penuh untuk hal itu. Untuk terjadinya perubahan butuh
waktu yang belum tentu relative cepat. Adanya motivasi berkelanjutan,
memerlukan jangka waktu yang relative lama.
2. Motivasi
Ekstrinsik/Eksternal
Untuk
motivasi ekstrinsik terjadi akibat dipicu oleh lingkungan, orang atau materi.
Situasi melahirkan perubahan yang mendasar melalui proses perenungan atau
melihat kenyataan di sekeliling kita. Motivasi ini bisa terjadi secara cepat
bisa juga berlahan-lahan. Jika diamati, motivasi ini sebenarnya juga
dipengaruhi oleh proses berpikir. Lingkungan, materi dan seseorang tidak akan
bermakna apa-apa jika tidak dibantu oleh kerja otak atau intuitif. Perubahan
yang diharapkan terjadi cukup besar pada diri seseorang, sehingga membuat satu
hal yang dianggap luar biasa sebagai hasil kerja motivasi diri untuk
berprestasi atau berkarya lebih baik dari biasanya.[6]
E. Motivasi
dari berbagai Perspektif
1. Perspektif
Behavioral
Menekankan
imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat
memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa
insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan
perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang
tidak tepat.
2. Perspektif
Humanistis
Menekankan
pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih
nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan
Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam
hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
3. Perspektif
Kognitif
Pemikiran
murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti penting dari penentuan
tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan. Jadi
perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari
insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan
eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif mengusulkan
konsep menurut White (1959) tentang motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang
termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia
mereka, dan memproses informasi secara efisien.
4. Perspektif
Sosial
Kebutuhan
afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.
Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang
hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka
untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan
orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid
sekolah yang punya hubungan penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki
sifat akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak
dalam diri manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang
mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri
manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh
pimpinan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi
bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena
motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku
manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang
optimal. Suatu Organisasi dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai
tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
B. Kritik/Saran
Dari
pembahasan yang penulis susun, mungkin di dalam makalah ini ada terdapat
kesalahan, karena tidak ada suatu hal pun yang sempurna, selain Allah. Maka
oleh sebab itu penyusun meminta maaf dan memohon kririk dan sarannya yang
bersifat membangun, karena sanagt berguna bagi penyusun untuk perbaikan
makalah-makalah selanjutnya. Terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA
1. Mesiono, Manajemen dan Organisasi,
Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010.
2. Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen
Organisasi, Bandung : citapustaka Media Perintis, 2011.
3.
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Konsep dasar dan Aplikasinya, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
[1] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Konsep dasar dan Aplikasinya,
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal 206
[2] Ibid, hal 207
[3] Mesiono, Manajemen Organisasi, Bandung : Citapustaka Media
Perintis, 2010, hal 127
[4] Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2011, hal 83-84
[6] Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2011, hal : 85-86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar