Selasa, 12 November 2013

struktur kalimat



BAB II
PEMBAHASAN


STRUKTUR KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan wacana.

2.1    KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak terdapat predikat di dalamnya dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut :

Anak kecil itu  pandai sekali.

Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya

2.1.1 Ciri-Ciri Subyek :
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
v  Jawaban atas Pertanyaan Apa atau siapa.
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.

v  Disertai Kata Itu.
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.

v  Didahului Kata Bahwa.
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

v  Mempunyai Keterangan Pewatas Yang.
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

v  Tidak Didahului Preposisi.
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

v  Berupa Nomina atau Frasa Nominal.
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

2.1.2        Ciri-Ciri Predikat :
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
v  Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana.
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.

v  Kata Adalah atau Ialah.
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
v  Dapat Diingkarkan.
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

v  Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas.
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

Unsur Pengisi Predikat,predikat suatu kalimat dapat berupa:
1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia
(bilangan).

2.1.3 Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
v  Langsung di Belakang Predikat.
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
v  Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif.
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
v  Tidak Didahului Preposisi.
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
v  Didahului Kata Bahwa.
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
2. Menempati posisi di belakang predikat.
3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
v  Di Belakang Predikat.
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Diah mengirimi saya buku baru.
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.

v  Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.

2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
v  Bukan Unsur Utama.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
v  Tidak Terikat Posisi.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
v  Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.

4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.

6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.



2.2   KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA
Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta perubahannya. Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat dikembalikan kepada struktur dasar yang jumlahnya terbatas.
Dengan peniadaan unsur keterangan baik keterangan kalimat maupun keterangan subjek, predikat, ataupun objek akan ditemukan kalimat dasar yang merupakan struktur yang paling pokok. Peniadaan itu tidak berlaku untuk unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap tetap harus ada dalam struktur dasar.

1.     Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe :

v  Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

v  Kalimat dasar berpola SPOPel
Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.

v  Kalimat dasar berpola SPO
Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.

v  Kalimat dasar berpola SPPel
Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.

v  Kalimat dasar berpola SPK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.
         Saya berasal dari Palembang.
v  Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)
Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib.

v  Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).

v  Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.

2.    Kalimat Aktif
Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut intransitif.
Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat, menyeberangi, dan melintasi.

3.    Kalimat Pasif
Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1 dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.
Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku. Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat berikut :

Pengusaha itu meminjami ayah uang.
Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :

Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu.
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh berikut :
Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor.
Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :

Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor.
Pada kalimat pasif jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai subjek.
Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

Kaki saya terinjak orang.
Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut :

Mereka kena tipu orang .
Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.
Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.

4.    Perluasan Unsur
Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan dapat diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap. Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan, pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat. Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan pola kalimat dasar. Sedangkan peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena kalimat yang diteliti adalah kalimat tertulis dan peniadaan unsur kalimat banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa bentuk dialog (lisan).
v  Perluasan Nomina
Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek dapat diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan ini dapat dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa konjungtor. Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada kalimat-kalimat berikut.
o   Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa
o   Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi
o   Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis.
Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang menjelaskan nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu ditiadakan. Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan dengan menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya adalah sebagai berikut :
o   Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.
o   Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.

v  Perluasan Verba
Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan aspek atau modalitas. Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah, sedang, akan, sudah, masih, belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada predikat. Contohnya terdapat pada kalimat-kalimat berikut:
o   Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu.
o   Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia.
Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin, hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya terdapat di bawah ini.
o   Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
o   Saya harus benar-benar belajar.


2.3    KALIMAT MAJEMUK
Demi keefisienan, orang sering mengabungkan beberapa pernyataan ke dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan hubungan antar kalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
a.    Kalimat Majemuk Setara
Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar.

Saya datang, dia pergi.
Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat majemuk setara.

b.    Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk setara. Pernyataan berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga.

Saya masuk, mereka diam.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika.

Saya masuk ketika mereka diam.
Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat, kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika mereka diam tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah satu unsur kalimat inti. Anak kalimat pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut :

Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas pada rapat kemarin.
Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan memperluas salah satu unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh konjungtor yang atau kata penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh kalimat berikut :

Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan.
Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat di atas.




BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan.
v  Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan wacana.
v  Di dalam pernyataan,kalimat sekurang-kurangnya harus terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan.
v  Dilihat dari pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.



3.2   Saran
Dari pembahasan-pembahasan kita di atas mudah-mudahan kita lebih mahir lagi dalam berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Mudah-mudahan uraian singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah kami ini. Kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari sempurna, bak kata pujangga “air yang tenang pasti berombak”. Dan atas bimbingan dan saran-saran pembimbing, saya ucapkan terimakasih.








DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Flores: Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta
Syaputra, Edi. Bahasa Indonesia.IAIN SUMATERA UTARA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar