1.
IMPLEMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS
Diskusi
sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan
diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif. Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka
siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa
yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus
diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi
jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain.
Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk
bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok
dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode
diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
1.1
Pengertian
Metode Pembelajaran Diskusi Kelas
Sebelum
penulis mengemukakan pengertian metode pembelajaran diskusi kelas, penulis
terlebih dahulu mengemukakan pengertian metode dan pembelajaran. Kata metode
berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir baik untuk
mencapai suatu maksud. Metode adalah suatu cara yang sistematis dalam
menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Pengertian pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
“pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar”.
Menurut
Dimyati dan Modjono, pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar”. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa:
Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik. Kegiatan ini meliputi unsu-runsur manusiawi,
material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini meliputi siswa, guru dan tenaga
lainnya.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam
proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dari seorang
guru kepada siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam
definisi tersebut terkandung makna bahwa dalam penerapannya ada kegiatan
memilih, menetapkan, menggunakan dan mengembangkan metode yang optimal untuk
mencapai hasil yang diinginkan Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari
bahasa Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki.
Dalam
pengertian umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih
individu yang berintegrasi secara varbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah tertentu
melalui cara tukar menukar infomasi, mempertahankan pendapat dan memacahkan
masalah. Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan, diskusi adalah suatu
cara penyajian/ penyampaian bahan peserta didikan yang semuanya itu diserahkan
kepada peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan
pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas suatu masalah.
Sedangkan
yang dimaksud dengan diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan
pembelajaran kelompok yang setiap masing-masing kelompok yang ditentukan
mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/ masalah/ judul
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dan mereka selanjutnya akan
membuat kesimpulan atau catatan kecil yang berisikan tuangan pikiran atau
pendapat dari kelompok tersebut, dan itu menjadi tugas sekretaris kelompok
kemudian diserahkan oleh ketua kelompoknya kepada guru/dosen yang bersangkutan.
Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana
kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga
kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan
otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan
mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras,
bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan
argumentasi yang tepat.
1.2
Prinsip
Umum Penggunaan Metode Diskusi
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain
sebagai berikut:
a.
Perumusan
masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-sama
dengan siswa.
b.
Menjelaskan
hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk
didiskusikan.
c.
Pengaturan
peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan, dan
jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
d.
Memberitahukan
tata tertib diskusi.
e.
Pengarahan
pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
f.
Pemberian
bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.
Langkah-langkah
diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Seminar
memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat,
panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain
tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur
pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum
untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat
dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana.
1.3
Peranan
Guru Sebagai Pemimpin Diskusi
Untuk
mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, guru sebagai
pemimpin diskusi memegang peranan menentukan. Mainuddin, Hadisusanto dan
Moedjiono menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan guru sebagai
pemimpin diskusi, adalah berikut ini.
a.
Initiating,
yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat masalah yang
sedang didiskusikan.
b.
Seeking
information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi yang otoritarif
tentang topik diskusi.
c.
Giving
information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok diskusi dengan
pengalaman pribadi peserta.
d.
Giving
opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang dipertimbangkan
kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau sikap "nrimo"
kelompok.
e.
Clarifying,
yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas pernyataan sesorang
anggota.
f.
Elaborating,
yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi contoh atau penerapan.
g.
Controlling,
yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata; menyakinkan bahwa anggota yang
perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
h.
Encouraging,
yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan serta buah pikiran
anggota.
i.
Setting
Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan, kriteria untuk menilai
urunan anggota.
j.
Harmonizing,
yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam diskusi.
k.
Relieving
tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya tegangan.
l.
Coordinating,
yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam diskusi, membantu kelompok
mengembangkan gagasan.
m.
Orientating,
yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok dalam diskusi dan
mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n.
Testing,
yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang seharusnya dicapai.
o.
Consensus
Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan menghindarkan
perbedaan pandangan.
p.
Summarizing,
yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.
1.4
Kelemahan
dan Keunggulan Metode Diskusi
Ada beberapa kelemahan
metode diskusi antara lain:
a.
Sering
terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik
yang memiliki keterampilan berbicara.
b.
Kadang-kadang
pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c.
Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
d.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan
pendapat yang bersifat emosional yang tidak dikontrol akibatnya, kadang-kadang
ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim
pembelajaran.
Disamping
memiliki kelemahan metode diskusi juga memiliki keunggulan, antara lain:
a.
Mempertinggi
peran serta secara perorangan
b.
Mempertinggi
peran serta kelas secara keseluruhan, dan
c.
Memupuk
sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Metode diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan
diperlukan apabila kita (guru) hendak:
a.
Memanfaatkan
berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para peserta didik.
b.
Memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menyalurkan kemampuannya
masing-masing.
c.
Memperoleh
umpan balik dan para peserta didik tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan
telah dicapai.
d.
Membantu
para peserta didik belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata
peserta didikan dan kegiatan sekolah.
e.
Membantu
para peserta didik belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman-temannya (orang lain).
f.
Membantu
para peserta didik menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat
baik dan pengalaman sendiri maupun dalam peserta didikan sekolah.
g.
Mengembangkan
motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau
debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban
atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat
penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.
2.
MULTIMEDIA
AUDIOVISUAL
2.1 Pengertian Media Audio Visual
Media audio visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar. Media audio-visual merupakan media yang
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media audio visual
terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur
audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui
pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar
melalui bentuk visualisasi.
2.2 Karakteristik dan Jenis-Jenis Media Audio-Visual
Karakteristik
media audio-visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Alat-alat
audio visual merupakan alat-alat “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat
yang “visible” artinya dapat dilihat. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang
lebih baik, karena meliputi dua jenis media yaitu media audio dan visual. Dilihat dari segi keadaannya, media
audiovisual dibagi menjadi dua yaitu audio-visual murni dan audio-visual tidak
murni.
Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Audio-Visual
Murni
Audio-visual
murni atau sering disebut dengan audio-visual gerak yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara maupun unsur
gambar tersebut berasal dari suatu sumber. Diantaranya:

Film
bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang digunakan untuk hiburan seperti
film komersial yang diputar di bioskop-bioskop. Akan tetapi, film bersuara yang
dimaksud dalm pembahasan ini ialah film sebagai alat pembelajaran. Film
merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar
mengajar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa
sehubungan dengan apa yang dipelajari.
Secara
singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film, vidio, ataupun televisi
hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata kepada siswa. Film yang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Sesuai dengan tema pembelajaran
·
Dapat menarik minat siswa
·
Benar dan autentik
·
Up to date dalam setting, pakaian dan
lingkungan
·
Sesuai dengan tigkat kematangan siswa
·
Perbendaharaan bahasa yang benar.

Video
sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer
dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif,
bisa bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas
film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan
kedudukan film. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual,
selain film yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran.

Selain
film dan video, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak.
b.
Audio-Visual tidak murni
Audio Visual tidak murni yaitu media yang unsur
suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Audio-visual tidak murni
ini sering disebut juga dengan audio-visual diam plus suara yaitu media
yang menampilkan suara dan gambar diam seperti Sound slide (Film bingkai suara). Media
pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan
untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan
atau mendorong lahirnya respon emosional.
Slide
bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep
yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin
banyak indra siswa yang terlibat ( visual, audio). Dengan semakin banyaknya
indra yang terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Slide
bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi
komputer seperti: power point, camtasia, dan windows movie maker.
2.3 Penggunaan Audio-Visual dalam
Pembelajaran
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio-visual untuk
pembelajaran yaitu:
a. Guru harus mempersiapkan unit
pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio-visual yang tepat
untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
b. Guru juga harus mengetahui durasi
media audio-visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya
yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran
c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi
persiapan siswa dengan memberikan penjelasan global tentang isi film, video
atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan
demi kelancaran pembelajaran.
d. Aktivitas lanjutan, setelah
pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya
jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
tersebut.
2.4 Contoh Pemanfaatan Audio Visual
Secara
umum, semua mata pelajaran akan lebih efektif jika diajarkan dengan media yang
sesuai. Oleh karena itu, guru harus mengetahui terlebih dahulu materi dan
tujuan pembelajaran. Audio-visual merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran
lebih dinamis dan menyenangkan. Adapun bahan ajar yang cocok untuk dikembangkan
dengan audio-visual, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Materi
Al-Qur’an hadits, misalnya dalam menerangkan tajwid. Dulu sebelum teknologi
berkembang, tajwid diajarkan hanya secara verbalistis, atau dengan menggunakan
lingkaran tajwid. Akan tetapi dizaman sekarang bisa dikembangkan dengan
menggunakan media interaktif dengan mikromedia flash, windows movie maker, dsb.[1][8]
b. Ranah Afektif
Materi
aqidah untuk menjelaskan tentang rukun iman maupun rukun islam. Materi akhlaq
untuk menjelaskan tentang keteladanan bisa dikembangkan dengan memutar film
atau video.
Materi
sejarah kebudayaan islam yang bersifat pengetahuan, akan lebih menarik jika
dikembangkan dengan menggunakan media seperti sound slide, sehingga
memungkinkan siswa yang kurang dapat menerima pelajaran dengan hanya
menggunakan indra pendengar, mampu lebih memahami dengan adanya kombinasi
gambar dan suara.
c. Ranah Psikomotor
Materi
fiqh, dimana materi ini banyak yang berbentuk prosedural yang dirasa cocok
untuk dikembangkan dengan media audio-visual, misalnya:
1) Ketika menjelaskan tentang tata
cara shalat
2) Ketika menjelaskan tentang tata
cara haji
3) Ketika menjelaskan tentang tata
cara berkurban
Ketiganya
akan lebih menarik ketika dikembangkan dengan media audio-visual, misalnya
dengan menggunakan film, video, mikromedia flash ataupun windows movie maker.
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Media
Audio-Visual
Beberapa Kelebihan atau kegunaan
media audio-visual pembelajaran yaitu:
- Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)
- Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
·
Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar,
filmbingkai, film atau video
·
Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film
bingkai, film atau gambar
·
Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu
dengan tame line atau high speed photografi
·
Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara
verbal
·
Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim
dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
Pengajaran
audio-visual juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
- Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena media audio-visual cenderung tetap di tempat.
- Biaya pengadaannya relative mahal.
- Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung menikmati visualisasi dan suaranya saja.
3. PROGRAM TAHUNAN
3.1 Pengertian Program
Tahunan
Dalam pengertian program tahunan terdapat beberapa
pendapat yang menjelaskan tentang pengertian tersebut. Program tahunan adalah
rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan(SK dan KD)yang
telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi
dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh sisiwa. penentuan
alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang
garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh
guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai , karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-progran berikutnya, yakni program semester,
mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian
komponen-komponen program tahunan meliputi identifikasi(satuan pendidikan,mata
pelajaran, tahun pelajaran) standart kompetensi , kompetensi dasar , alokasi waktu
dan keterangan.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan program ini telah dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru mata
pelajaran sebelum tahun ajaran karena merupakan pedomkan bagi pengembangan
program-program berikutnya.
3.2 Langkah Penyusunan
Program tahunan
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan program tahunan adalah
a. Lihat berapa jam
alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dan struktur kurikulum
seperti yang telah ditetapkan pemerintah, analisis berapa minggu efektif dalam
satu semester, seperti yang telah ditetapkandalam gambar alokasi waktu efektif
b. Melalaui analisis
tersebut kita dapat menentukan berapa minggu waktu yang tersedia untuk
pelaksanan proses pembelajaran.
c. Menandai hari-hari
libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,belajar, waktu pembelajaran
efektif (per minggu). Hari-hari libur meliputi:
o Jeda tengah semester
o Jeda antar semester
o Libur akhir tahun
pelajara
o Hari libur keagaman
o Hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional
o Hari libur khusus
d.
Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan
dan semester dalam satu tahun dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia.
e.
Medistribusikan olokasi waktu yang disediakan
untuk suatu mata pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu
efektif, sesuai ruang lingkup cakupan maeri, tingkat kesulitan dan pentingnya
materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review
materi.
f.
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan.
Daftar Standard Kompetensi sebagai konsensus nasional yang dikembangkan
dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)setiap mata pelajaran
yang akan dikembangkan Skope dan Sekuensi setiap Kompetensi untuk
mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran, materi pembelajara
tersebut disusun dalam pokok-pokok pembahasan yang mengandung ide-ide pokok
yang sesuai kompetensi dan tujuan pembelajaran .Skope adalah ruanglingkup dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan
sub pokok bahasan sedangkan Sekuesi adalah urutan logis daripokok dan sub pokok
bahasan. Pengembangan skope dan skuensi ini bias dilakukan oleh masing – masing
guru mata pelajaran, dan dapat dikembangkan dalam kelompok kerja guru ( KKG )
untuk setiap mata pelajaran.
CONTOH PROGRAM TAHUNAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Satuan
Pendidikan
: MAN
Mata
Pelajaran
: Qur’an
Hadits
Kelas
: X
Tahun
Pelajaran
: 2011/2012
Smt.
|
Jenis Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Ket
|
||
X/I
|
1.Memahami pengertian Al-Qur’an dan bukti keotentikannya
|
6
|
|
||
|
2.memahami isi pokok
ajaran al-qur’an
|
4
|
|
||
|
3.Memahami fungsi al-Qur’an dalam kehidupan
|
4
|
|
||
|
4.Memahami cara-cara mencari surat dan ayat dalam
Al-Qur’an
|
2
|
|
||
|
5.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai
khalifah dibumi
|
6
|
|
||
|
6.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi
|
2
|
|
||
|
7.Ulangan bulanan dan perbaikan
|
8
|
|
||
|
Jumlah
alokasi waktu
|
32
|
|
||
|
|
||||
X/II
|
1.Memahami istilah-istilah Hadits
|
6
|
|
||
|
2.Memahami sanad dan matan hadits
|
4
|
|
||
|
3.Mendeskripsikan fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
|
6
|
|
||
|
4.Memahami pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya
|
4
|
|
||
|
5.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan beribadah
|
10
|
|
||
|
|||||
|
Jumlah Alokasi Waktu
|
30
|
|
||
|
|
|
|
|
|
Medan 27 Juni 2013
Mengetahui,
Kepala sekolah
RUDI SISWOYO
thank sangat membantu saya
BalasHapus