Selasa, 12 November 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS




1.      IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN  DISKUSI KELAS
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
1.1  Pengertian Metode Pembelajaran Diskusi Kelas
Sebelum penulis mengemukakan pengertian metode pembelajaran diskusi kelas, penulis terlebih dahulu mengemukakan pengertian metode dan pembelajaran. Kata metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud. Metode adalah suatu cara yang sistematis dalam menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Pengertian pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.
Menurut Dimyati dan Modjono, pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa: Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Kegiatan ini meliputi unsu-runsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini meliputi siswa, guru dan tenaga lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dari seorang guru kepada siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam definisi tersebut terkandung makna bahwa dalam penerapannya ada kegiatan memilih, menetapkan, menggunakan dan mengembangkan metode yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki.
Dalam pengertian umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara varbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran  yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar infomasi, mempertahankan pendapat dan memacahkan masalah. Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan, diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan peserta didikan yang semuanya itu diserahkan kepada peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun  berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Sedangkan yang dimaksud dengan diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok yang setiap masing-masing kelompok yang ditentukan mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/ masalah/ judul pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dan mereka selanjutnya akan membuat kesimpulan atau catatan kecil yang berisikan tuangan pikiran atau pendapat dari kelompok tersebut, dan itu menjadi tugas sekretaris kelompok kemudian diserahkan oleh ketua kelompoknya kepada guru/dosen yang bersangkutan. Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras, bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan argumentasi yang tepat.
1.2  Prinsip Umum Penggunaan Metode Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain sebagai berikut:
a.       Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-sama dengan siswa.
b.      Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk didiskusikan.
c.       Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
d.      Memberitahukan tata tertib diskusi.
e.       Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
f.       Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana.

1.3  Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan. Mainuddin, Hadisusanto dan Moedjiono menyebutkan sejumlah peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut ini.
a.       Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat masalah yang sedang didiskusikan.
b.      Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi yang otoritarif tentang topik diskusi.
c.       Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
d.      Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau sikap "nrimo" kelompok.
e.       Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas pernyataan sesorang anggota.
f.       Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi contoh atau penerapan.
g.      Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata; menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
h.      Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan serta buah pikiran anggota.
i.        Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan, kriteria untuk menilai urunan anggota.
j.        Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam diskusi.
k.      Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya tegangan.
l.        Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
m.    Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n.      Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang seharusnya dicapai.
o.      Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan menghindarkan perbedaan pandangan.
p.      Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.

1.4  Kelemahan dan Keunggulan Metode Diskusi
  Ada beberapa kelemahan metode diskusi antara lain:
a.       Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara.
b.      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c.       Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
d.       Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak dikontrol akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Disamping memiliki kelemahan metode diskusi juga memiliki keunggulan, antara lain:
a.       Mempertinggi peran serta secara perorangan
b.      Mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan
c.       Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Metode diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak:
a.       Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para peserta didik.
b.      Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
c.       Memperoleh umpan balik dan para peserta didik tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.
d.      Membantu para peserta didik belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata peserta didikan dan kegiatan sekolah.
e.       Membantu para peserta didik belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
f.       Membantu para peserta didik menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat baik dan pengalaman sendiri maupun dalam peserta didikan sekolah.
g.      Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.

2.      MULTIMEDIA AUDIOVISUAL
2.1  Pengertian Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar.  Media audio-visual merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media audio visual terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.
2.2  Karakteristik dan Jenis-Jenis Media Audio-Visual
Karakteristik media audio-visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Alat-alat audio visual merupakan alat-alat “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media yaitu media audio dan visual.  Dilihat dari segi keadaannya, media audiovisual dibagi menjadi dua yaitu audio-visual murni dan audio-visual tidak murni.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
a.        Audio-Visual Murni
Audio-visual murni atau sering disebut dengan audio-visual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara maupun unsur gambar tersebut berasal dari suatu sumber. Diantaranya:
*      Film Bersuara
Film bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang digunakan untuk hiburan seperti film komersial yang diputar di bioskop-bioskop. Akan tetapi, film bersuara yang dimaksud dalm pembahasan ini ialah film sebagai alat pembelajaran. Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sehubungan dengan apa yang dipelajari.
Secara singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film, vidio, ataupun televisi hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata kepada siswa. Film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Sesuai dengan tema pembelajaran
·         Dapat menarik minat siswa
·         Benar dan autentik
·         Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan
·         Sesuai dengan tigkat kematangan siswa
·         Perbendaharaan bahasa yang benar.
*      Video
Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran.
*      Televisi
Selain film dan video, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak.
b.      Audio-Visual tidak murni
Audio Visual tidak murni yaitu media yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Audio-visual tidak murni ini sering disebut juga dengan audio-visual diam plus suara yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti Sound slide (Film bingkai suara). Media pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respon emosional.
Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak indra siswa yang terlibat ( visual, audio). Dengan semakin banyaknya indra yang terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Slide bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi komputer seperti: power point, camtasia, dan windows movie maker.
2.3  Penggunaan Audio-Visual dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio-visual untuk pembelajaran yaitu:
a.       Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio-visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
b.      Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran
c.       Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.
d.      Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
2.4  Contoh Pemanfaatan Audio Visual
Secara umum, semua mata pelajaran akan lebih efektif jika diajarkan dengan media yang sesuai. Oleh karena itu, guru harus mengetahui terlebih dahulu materi dan tujuan pembelajaran. Audio-visual merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran lebih dinamis dan menyenangkan. Adapun bahan ajar yang cocok untuk dikembangkan dengan audio-visual, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a.       Ranah Kognitif
Materi Al-Qur’an hadits, misalnya dalam menerangkan tajwid. Dulu sebelum teknologi berkembang, tajwid diajarkan hanya secara verbalistis, atau dengan menggunakan lingkaran tajwid. Akan tetapi dizaman sekarang bisa dikembangkan dengan menggunakan media interaktif dengan mikromedia flash, windows movie maker, dsb.[1][8]
b.      Ranah Afektif
Materi aqidah untuk menjelaskan tentang rukun iman maupun rukun islam. Materi akhlaq untuk menjelaskan tentang keteladanan bisa dikembangkan dengan memutar film atau video.
Materi sejarah kebudayaan islam yang bersifat pengetahuan, akan lebih menarik jika dikembangkan dengan menggunakan media seperti sound slide, sehingga memungkinkan siswa yang kurang dapat menerima pelajaran dengan hanya menggunakan indra pendengar, mampu lebih memahami dengan adanya kombinasi gambar dan suara.
c.       Ranah Psikomotor
Materi fiqh, dimana materi ini banyak yang berbentuk prosedural yang dirasa cocok untuk dikembangkan dengan media audio-visual, misalnya:
1)   Ketika menjelaskan tentang tata cara shalat
2)   Ketika menjelaskan tentang tata cara haji
3)   Ketika menjelaskan tentang tata cara berkurban
Ketiganya akan lebih menarik ketika dikembangkan dengan media audio-visual, misalnya dengan menggunakan film, video, mikromedia flash ataupun windows movie maker.
2.5  Kelebihan dan Kelemahan Media Audio-Visual
Beberapa Kelebihan atau kegunaan media audio-visual pembelajaran yaitu:
  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)
  2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
·         Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau video
·         Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar
·         Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame line atau high speed photografi
·         Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal
·         Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
Pengajaran audio-visual juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
  1. Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena media audio-visual cenderung tetap di tempat.
  2. Biaya pengadaannya relative mahal.
  3. Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung menikmati visualisasi dan suaranya saja.
3.      PROGRAM TAHUNAN
3.1  Pengertian Program Tahunan
Dalam pengertian program tahunan terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian tersebut. Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan(SK dan KD)yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh sisiwa. penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai , karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-progran berikutnya, yakni program semester, mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian komponen-komponen program tahunan meliputi identifikasi(satuan pendidikan,mata pelajaran, tahun pelajaran) standart kompetensi , kompetensi dasar , alokasi waktu dan keterangan.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini telah dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran sebelum tahun ajaran karena merupakan pedomkan bagi pengembangan program-program berikutnya.
3.2 Langkah Penyusunan Program tahunan
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program tahunan adalah
a.       Lihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dan struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah, analisis berapa minggu efektif dalam satu semester, seperti yang telah ditetapkandalam gambar alokasi waktu efektif
b.      Melalaui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa minggu waktu yang tersedia untuk pelaksanan proses pembelajaran.
c.       Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,belajar, waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari-hari libur meliputi:
o   Jeda tengah semester
o   Jeda antar semester
o   Libur akhir tahun pelajara              
o   Hari libur keagaman
o   Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional
o   Hari libur khusus
d.      Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam satu tahun dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia.
e.        Medistribusikan olokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup cakupan maeri, tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi.
f.       Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan.
Daftar Standard Kompetensi sebagai konsensus nasional yang dikembangkan dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan  Skope dan Sekuensi setiap Kompetensi untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran, materi pembelajara tersebut disusun dalam pokok-pokok pembahasan yang mengandung ide-ide pokok yang sesuai kompetensi dan tujuan pembelajaran .Skope adalah ruanglingkup dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan sedangkan Sekuesi adalah urutan logis daripokok dan sub pokok bahasan. Pengembangan skope dan skuensi ini bias dilakukan oleh masing – masing guru mata pelajaran, dan dapat dikembangkan dalam kelompok kerja guru ( KKG ) untuk setiap mata pelajaran.
CONTOH PROGRAM TAHUNAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Satuan Pendidikan                      : MAN
Mata Pelajaran                            : Qur’an Hadits
Kelas                                             : X
Tahun Pelajaran                         : 2011/2012

Smt.
Jenis Kegiatan
Alokasi
Waktu
Ket
X/I
1.Memahami pengertian Al-Qur’an dan bukti keotentikannya
6


2.memahami isi pokok ajaran al-qur’an
4


3.Memahami fungsi al-Qur’an dalam kehidupan
4


4.Memahami cara-cara mencari surat dan ayat dalam Al-Qur’an
2


5.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah dibumi
6


6.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi
2


7.Ulangan bulanan dan perbaikan
8


           Jumlah alokasi waktu
32



X/II
1.Memahami istilah-istilah Hadits
6


2.Memahami sanad dan matan hadits
4


3.Mendeskripsikan fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
6


4.Memahami pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya
4


5.Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan beribadah
10



Jumlah Alokasi Waktu
30







Medan  27 Juni 2013
Mengetahui,
Kepala sekolah

RUDI SISWOYO




                             

1 komentar: