Selasa, 12 November 2013

analisis filsafat dalam masalah pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu, berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
            Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
            Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya .
            Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhan yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersipat mendasar dan mendalam, sehingga sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
            Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil saja.
            Kita memahami bahwa filsafat merupakan satu paham ilmu yangmencakup terhadap segala pengertian, kebutuhan dan keperluan dalammenentukan arah perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Arti dari pada filsafat secara umum adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya.[1]
B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Ø  Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia..?
Ø  Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat..?
Ø  Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk Pembinaan masyarakat..?
Ø  Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa...?
Ø  Apakah hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah intelektualnya...?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    ANALISIS FILSAFAT DALAM MASALAH PENDIDIKAN

            Antara filsafat dan pendidikan terdapat suatu pertalian yang tak terpisahkan. Peranan filsafat pendidikan adalah sebagai pendorong dilakukannya aktivitas pendidikan. Filsafat berperanan menetapkan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, sedang pendidikan bertugas merealisasikan ide-ide dalam ajaran filsafat tersebut menjadi kenyataan dalam bentuk tingkah laku dan kepribadian.  Dengan demikian , filsafat pendidikan dijadikan dasar orientasi kegiatan sistem pendidikan, dijadikan arah dan tujuan kegiatan pendidikan yang dijalankan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.[2]
            Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
            Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol. Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia.
            Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya. 
            Untuk lebih tegas terhadap penjelasan kita terhadap kepentingan penentuan suatu falsafah pendidikan, maka dibawah ini akan kami tuliskan  beberapa kegunaan yang diperoleh dari penentuan falsafah ini. Di antara manfaat itu seperti berikut :
1.      Falsafah pendidikan sebagai perancang pendidikan
     Falsafah pendidikan sebagai perancang pendidikan dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan termasuk rancangan –rancangan pendidikan mereka, begitu juga untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaedah dan cara mereka mengajar yang mencakup peniaian, bimbingan, dan penyuluhan.
2.      Falsafat Pendidikan sebagai Azas
     Dari segi lain falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas. Kurikulum yang di buat kaidah-kaidah pengajaran di pilih antara yang di gunakan disekolah-sekolah, sekolah guru, universitas dan institut-institut. Begitu juga dengan kebijaksanaan cara-cara pelaksanaan yang ingin diikuti dalam mengajarkan di sekolah-sekolah, sekolah guru dan universitas dalam usaha untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan, dan membentuk rancangan-rancangan pendidikan dengan segala jenis dan tingkatan. Maka perancang pendidikan dan pengemabangan pendidikan tidak dapat melaksanakan apa yang diharapkan dari proses merancang, membimbing,menyelaras, meninjau, mengubah, dan mengembangkan kurikulum,kaidah-kaidah, cara-cara dan alat pengajaran yang bermacam-macamdengan mendalam.
3.      Falsafah pendidikan sebagai penilai pendidikan
     Falsafah pendidikan sebagai Azaz dapat menjadi azas terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap yang perlu dan penting bagi setiap pengajaran yang baik. dalam pengertian yang baru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi pendidikan secar umum, untuk mendididk angkatan baru dan warga negara dan segala yang berkaitan. Jadi konsep penilaian tidak hanya penilaian bagi murid-murid atau pelajar saja. Sudah tentu penialaian disertai ukuran-ukuran dan norma yang menjadi dasarnya dan ukuran-ukuran yang wajar bagi proses penilaian sekolah dan pendidikan.[3]

            Dijelaskan pula oleh pendapat branameld bahwa latar belakang ide-idefilsafat menentukan pendidikan, karena tujuan pendidikan bersumber dari filsafat sehingga pendidikan merupakan suatu proses pembinaan kepribadian anak didik atas nilai–nilai filsafat. Jadi jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas dan nilai filosofi serta menggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam pendidikan. Dan selanjutnya bagaimana peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik sebagaimana yang di kemukakan Brubacher secara singkat tapi rinci tersimpul dalam :
»        Pendekatan spekulatif
Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti, memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum, kedewasaan dan sebagainya. Untuk melaksanakan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan berusaha :
·         Menarik kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam suatu gambaran pokok atau Aksioma melalaui proses abstrak dan generalisasi.
·         Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan dan dalamhubungannya dengan faktor-faktor lain yang memepengaruhidunia pendidikan.

»        Pendekatan normatif
                        Artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai dari kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan diarahkan. Dalam fungsi ini filsafat pendidikan diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses pendidikan.

»        Pendekatan kritik
            Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan penelitian secara cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan  praktek-praktek  pendidikan dalam hal :
·         Menguji dasar-dasar pemikiran logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan berada didalamnya
·         Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar- benar dan jelas
·         Memerlukan bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapat diterima untuk menguatkan atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.

»        Pendekatan teori bagi praktek
            Apa yang terdapat dalam filsafat pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah berfungsi sebagai teori, dan teoriini bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan prisnsip-prinsip umum bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa filsafat dan ilmu pendidikan dipandang sebagai bidang-bidang Ilmu yang saling melengkapi dan keduanya selali di perlukan oleh para pelaksana pendidikan.[4]

»        Pendekatan Integratif
            Mengingat fungsi falsafah pendidikan sebagai asas kerohanian atau rohnya pendidikan. Maka fungsi integratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemandu fungsional semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan.[5]



»        Pendekatan Analisis Konsep
            Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama,berbeda pula dengan konsep seorang petani, peternak,seoramg guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai Pendekatan dalam pilsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan segalanya .

»        Pendekatan Analisa ilmiah
            Fungsi Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang menjadi problema masa ini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalahan – permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

            Selanjutnya harry schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam bukunya filsafat pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah pendidikan digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :
Ø  Pendekatan filsafat histories
Ø  Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.
            Dengan Pendekatan filsafat histories (historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan- pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dan para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang dalam sistematika., jenis dan aliran –aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna itu, kalau diajukan pertanyaan tentang berbagai masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabanya melakat pada masing-masing system, jenis dan aliran filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban mana yang sesuai dan dibutuhkan

            Dengan memahami filsafat orang akan dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari secara konsisten. Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang segala sesuatu secara menyeluruh sistematis terpadu, universal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah bagi perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
            Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu, Ontology, Epistemologi, dan aksiologi.[6]
Ø  Ontologi dan pendidikan
     Ontology terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan.[7]    Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Obyek telaah ontologi adalah yang ada. [8] Dasar pendidikan Pertama-tama pada latar belakang filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman panca indra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik . Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.

1.      Teologi
            Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang tuhan, bagaimana hubungannya dengan manusia, dan dengan alam semesta.
2.      Kosmologi
            Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam semesta. Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang sifatnya material. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin pengamatan dan penghayatan indera mampu mencakupnya. Oleh karena itu, kosmologi menghayati realitas kosmos secara intelektual.
3.      Manusia
            Seperti yang telah diuraikan, bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk hakikat manusia dan hakikat anak. Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi. Ada beberapa bentuk, ataupun ciri khas manusia,yaitu :
·          
b.

Dasar epistemologis ilmu pendidikan Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalaipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namuntelaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan  menjalin stui empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka vaaliditas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahaawa dalam menjelaskaan objek formaalnya, telaah ilmu pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya menggunkaan pendekata
kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942). c.

Dasar aksiologis ilmu pendidikan  Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal ini relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek. Namun harus diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan ilmu sosial dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di Indonesia.            Peranannya ialah bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu prilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).

d.

Dasar antropologis ilmu pendidikan  Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya (1) sosialitas dan (2) individualitas, melainkan juga (3) moralitas. Kiranya khusus untuk Indonesia apabila dunia pendidikan nasional didasarkan atas kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem pengajaran nasional disekolah, tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4) religiusitas, yaaitu pendidik dalam situasi pendidikan sekurangkurangnya secara mikro berhamba kepada kepentingan terdidik sebagai bagian dari pengabdian lebih besar kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3.
Pendekatan study filsafat pendidikan IslamAgar supaya semua fungsi dan tujuan tetap berhasil sebagai self realisationmaupun pemberi jawaban terhadap hidup dan kehidupan manusia, yangdilandasi pemikiran-pemikiran dan pembaharuan dengan tanpa mengingkarisegala obyek filsafat demi kelangsungan dan kemajuan masa depan generasi penerus, maka penetapannya diperlukan pendekatan terpadu yang mencakup;1.pendekatan melalui analisa historis lembaga-lemabga sosial2.pendekatan melalui analisa ilmiah tentang realita kehidupan yangaktual3.pendekatan melalui normatif filosofis, nilai-nilai filsafat yangnormatif,misalnya nilai filsafat negara, moral dan agama.Pendekatan melalui tiga aspek itu secara terpadu diperlukan untuk memperoleh segala penetapan dan tujaun yang lebih realistis. Akrena kalau
3


dilakaukan secar terpisah hasilnya dianggap tidak mampu untuk mepredeksidan merencanakan tentang dan bagaiman bentuk dannilai-nilai yangdikehendaki oleh ahri depan generasi mendatang. Lembaga-lembaga sekarangadalah perwujudan dan warisan masa silam, sampai seberapa jauh efektifitaslembaga ini untuk menyanggah hari depan dengan segala perkembanganIPTEK dan SOSBUD yang begitu pesat dan sukar untuk dijangkau.Pendekatan ilmiah memberikan gambaran kenyataan kehidupan sekarangsebenarnya lewat analisa diskriptif tentang keseluruhan hidup masyarakat danaktivitas anak-anak dan orang dewasa motif dan latar belakang aktifitastersebut bahkan juga minat dan tujuan kegiatan itu sehingga dapat dijabarkan perwujudan pendidikan yang aktif. Pendekatan normatif filosofis mendasarikomitmen dan orientasi nilai-nilai fundamental pada suasana ideal yangdiinginkan. Dengan senua itu tujuan pendidikan yang lebih
representatif
dapatditetapkan
4
4
Dra. Zuhairini, Dkk,
 Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta
, Bumi Aksara, Cet. 2004. Hal.16


D.KESIMPULAN
Dari uraian diatas sedikit kita pahami bahwa urgensi dan fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut:a.Falsafah pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan danorang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk  pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. b.Falsafah pendidikan dapat membentuk azas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang
umum
dan yang
khas
.c.Falsafah pendididkan dengan pandangan pendidikan dianggap sebagianmenjadi azas terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.Jika tiap-tiap pendidikan telah memahami azas-azas dan nilai filosofi sertamenggunakannya dalam pendidikan, maka filsafat pendidikan menjadi norma pendidikan atau sebagai azas normatif di dalam pendidikan. Dan selanjutnya bagaiman peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para pendidik sebagaiyang dikeumukan oleh secara singkat tapi rinci
 Brubacher
tersimpul dalam :1.Fungsi spekulatif:Untuk melaksankan fungsi spekulatif ini maka filsafat pendidikan berusaha :a.Menarik kesimpulan atau merangkum dari berbagai persoalan pendidikan kedalam duatu gambaran pokok atau
 Aksioma
melalaui proses abstrak dan generalisasi

 b.Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan dandalam hubungannya dengan faktor-faktor lain yangmemepengaruhi dunia pendidikan2.Fungsi normatif Dalam fungsi ini filsafat pendidikan adalah diharapkan memilikitanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standart untuk mengarahkan proses pendidikan.3.Fungsi kritik Dengan fungsi ini filsafat pendidikan melakuikan penelitian secar cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan praktek-praktek  pendidikan dalam hal :a.Menguji dasar-dasr pemikiean logis dimana kesimpulan-kesimpulan pendidikan berada didalamnya b.Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar- benar dan jelasc.Memerlukan bukti-bukti yang bermacam-macam yang dapatditerima untuk menguatkan atau menyangkal ungkapan-ungkapan pendidikan.Fungsi teori bagi praktek Apa yang terdapat dalam filsafat pendidikan berupa konsep ide analisa,dan kesimpulan-kesimpulan adalah berfungsi sebagai teori, dan teoriini bagi para pendidik adalah merupakan dasar bagi suatu praktek dan pelaksanaan pendidikan. Dan filsafat memberikan prisnsip-prinsip

umum bagi suatu praktek sehingga nampak disini bahwa filsafat danilmu pendidikan dipndang sebagai bidang-bidang Ilmu yang salingmelengkapi dan keduanya selali di perleukan oleh para pelaksana pendidikan.Dengan memahami filsafat orang akan dapat mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari secara konsisten. Filsafat mengkaji danmimikirkan tentang segala sesuatu secara menyeluruh sistematis terpaduuniversal dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah bagi perkembangan bagi ilmu-ilmu yang bersangkutan.



[1] Drs M. Yatimin A, M.A,Studi Islam Kontemporer , Jakarta, Amzah, 2006. Hal 35
[2] Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama, Jakarta. Hal 97-98
[3] Prof. Dr Omar Muhammad Al- Toumy Al- Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta, BulanBintang, 1979 Hal 32-35
[4] Drs Djumbransyah Endar, M. Ed, Filsafat Pendidikan, Surabaya, Karya Abdi Tama,Cet.Pertama Hal 48-50
[5] Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama, Jakarta. Hal 99
[6] Drs.Usiono,M.A.Pengantar Filsafat Pendidikan,2006.Hijri Pustaka Utama, Jakarta. Hal 99
[7] Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar- Ruzz Media. Hal 44
[8] Jujun S. Suriasumantri.2003.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Hal 34-35

4 komentar: