Selasa, 19 November 2013

perkembangan Anak usia Dini



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Anak bukanlah  orang dewasa dalam ukuran kecil.  Anak harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, dalam praktek pendidikan sehari-hari, tidaklah demikian. Banyak contoh menunjukkan orang tua dan masyarakat pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya, akibatnya banyak anak mengalami “stress”, mereka sarat dengan beban yang tidak sanggup dipikul. Pemaksaan seperti ini  terjadi bukan saja di sekolah melainkan terjadi juga pada keluarga utamanya pada anak usia dini atau prasekolah.[1]
Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama di rumah. Seharusnya mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sebagai bahan acuan dalam mendidik dan mengarahkan anak didiknya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam upaya mendidik atau membimbing anak, agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin maka dianjurkan untuk memahami perkembangan anak, karena pemahaman itu penting, ada beberapa alasan yaitu:[2]
1.      Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan  dalam aspek perkembangan.
2.      Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan selanjutnya.
3.      Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu, mengembangkan diri dan memecahi masalah yang dihadapinya.
4.      Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, dapat diantisispasi tentang berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan tersebut, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Disamping itu, dapat diantisipasi juga tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala atau faktor-faktor yang meracuni perkembangan anak. Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup. Studi mengenai perkembangan seseoranga tidak seperti dulu berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus dan mulai konsepsi hingga orang itu mati. Artinya tujuan perkembangan psikologi dimulai pada masa yang paling awal dalam hidup manusia, yaitu pada masa pranatal, melalui perinatal, kemudian post natal, dan berlangsung terus sampai masa yang paling kemudian, yaitu masa tua, yang terakhir ini berkembang menjadi satu cabang ilmu tersendiri yaitu gerontologi.
Dengan begitu psikologi perkembangan sekarang mempunyai perspektif (life span perspektive). Penjelasan diatas dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa tinjauan psikologi perkembangan sudah mengalami perubhan yang banyak. Penelitian-penelitian menemukan kenyataan yang jauh sebelumnya belum terlalu masuk perhatian orang. Salah satu adalah kenyataan bahwa pengaruh-pengaruh perlakuan orang tua yang datang pada masa usia dini yaitu masa pranatal. Masa bayi (pravebal) dan masa anak kecil mempunyai arti yang sangat penting.
Pembentukan masa dini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat penyesuaian fisik, psiologis, sosial pada masa-masa yang kemudian hal ini menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa usia dini harus sedemikian rupa sehingga dapat mengarah penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik dan yang akan datang. Dapat pula  dibuktikan bahwa perkembangan kognisi dan kecerdasan anak ditentukan pula pada masa yang sangat awal ini, bahkan pada masa pranatalnya.



















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Anak Usia Dini
Setiap orang pasti mendambakan dan menanti-nantikan kehadiran anak. Selain sebagai suatu kebanggaan, juga diharapkan dapat menjadi penerus keturunan bagi mereka. Tangisan bayi yang baru lahir akan disambut dengan penuh gembira dan harapan bagi kedua orang tuanya. Anak adalah keturunan yang  kedua setelah ibu bapak atau manusia yang masih kecil. Masa dini adalah berkisar dari umur 3 tahun sampai 6 tahun.
Masa dini juga bisa dikatakan suatu masa pada anak yang belum memasuki usia sekolah dasar. Pakar psikologi berbeda pendapat dalam menetapkan batas umur anak usia dini diantaranya:
Menurut Soemiarti Patmonodewo mengatakan anak usia dini adalah mereka yang berusia dari tiga tahun sampai enam tahun, mereka biasa mengikuti program prasekolah atau kingdergeanten. Masa ini umumnya anak usia prasekolah mengikuti program penitipan anak antara 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain 3 tahun, sementara umur  4 tahun samapi 6 tahun anak mengikuti program taman kanak-kanak.[3]
Jalaluddin membagi masa usia dini kepada dua masa yaitu masa antara 0 sampai 2 tahun, masa ini merupakan masa vital bagi anak. Masa 3 tahun sampai 6 tahun merupakan masa estetik bagi anak. Masa estetik adalah masa yang akan dapat dididik secara langsung melalui pembiasaan kepada hal-hal yang baik[4]
Beberapa beberapa batasan pengertian diatas, maka yang dimaksud anak usia dini adalah anak yang belum memasuki usia sekolah dasar, berumur sekitar  3 tahun sampai umur 6 tahun dididik secara langsung oleh kedua orang tuanya di lembaga pendidikan informal atau (keluarga), serta dididik oleh guru di lembaga formal (TK atau TPA). Setiap manusia mengalami proses peralihan kejiwaan, namun diantara semua manusia pertumbuhan yang paling bervariasi, ada pertumbuhan yang lambat dan ada pertumbuhan yang sedang, bahkan ada yang cepat pertumbuhannya.
Setelah anak besar dengan melalui tahap-tahap pertumbuhan, kedua orang tuanyalah  yang sangat berperan dalam membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu, orang tua harus menanamkan nilai-nilai pendidikan islam kepada anakanya yang paling utama pembinaan akhlak. Anak merupakan harapan bagi kedua orang tua, namun dalam proses pertumbuhan jiwa anak lebih banyak anak banyak mengalami hambatan dan rintangan.
B.     Pengertian Perkembangan
Pertumbuhan bisa didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinyu serta berlangsung dalam waktu periode tertentu. Sebagai hasil dari bertumbuhnya ukuran tubuh (fisik), kekuatan otot dan tulang manusia, organ tubuh menjadi lebih sempurna. Sedangkan, perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakteristik dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang bersifat progressif, dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perkembangan akan mencapai suatu kematangan. (Berk, 1989).[5]
Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan, maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan (mature). Pertumbuhan menunjukkan perubahan biologis yang bersifat kuantitatif. Sedangkan kematangan itu sendiri meunjukkan perubahan biologis yang bersifat kualitatif. Pertumbuhan dan kematangan merupakan proses yang saling berkaitan dan keduanya merupakan perubahan yang berasal dari dalam diri anak yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
C.    Pengertian Tugas Perkembangan
Huvigrust[6] mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya, jika tugas-tugas tersebut tidak dilalui dengan baik maka akan timbul rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap masa dalam periode perkembangannya. Tugas perkembangan difokuskan pada upaya peningkatan sikap dan perilaku peserta didik serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku sesuai fasenya.
D.    Periode Perkembangan Pada Masa Anak
Untuk mempermudah pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase atau periode. Santrok dan Yussen membaginya atas lima[7] yaitu:
1.      Fase pra natal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saaat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berprilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan bulan.
2.      Fase bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai, misalnya; bahasa, koordinasi sensori motor dan sosialisasi.
3.      Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya. Memasuki kelas satu SD menandai berakhirnya fase ini.
4.      Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan menghitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
5.      Fase remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual dan perubahan suara. Pada fase ini diupayakan untuk mandiri dan pencarian identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak dan idealis. Semakin banyak waktu dimanfaatkan diluar keluarga.
E.     Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Anak-Anak
1.        Tugas-tugas perkembangan dalam masa bayi dan kanak-kanak awal.[8]
a.       Belajar berjalan.
Terjadi pada usia 9-15 bulan. Pada usia ini tulang kaki, otot, dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
b.      Belajar berbicara
Mengeluarkan suara yang berarti menyampaikan kepada orang lain dengan perantara suara tersebut.
c.       Belajar makan makanan padat.
Terjadi pada tahun kedua, sistem alat pencernaan makanan dan alat pengunyah telah matang untuk melakukan hal tersebut.
d.      Belajar mengendalikan buang air kecil dan besar.
Terjadi sebelum usia empat tahun. Anak pada umumnya belum dapat mengatasi atau menahan ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan kebersiha pada usia tersebut cukup dengan pembiasaan, yaitu setiap kali ingin buang air, membawa anak ke WC tanpa banyak memberikan penerangan kepada anak.
e.       Belajar membedakan jenis kelamin dan menghargainya.
Melalui observasi atau pengamatan, anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lain. Dengan cara tersebut anak dapat mengenal perbedaan anatomis pria dan wanita.
Agar pengenalan terhadap jenis kelamin itu berjalan normal, orang tua perlu memperlakukan anaknya, baik dalam memberikan alat mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.
f.       Memperoleh keseimbangan psikologis.
Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah. Untuk mencapai kestabilan jasmaniah, diperlukan waktu sampai usia lima tahun. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan perawatan yang intensif, baik menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.
g.      Menyusun konsep-konsep sederhana tentang realita social dan realita pisik.
Pada mulanya, dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk generalisasi dari berbagai benda yang pada umumnya memiliki ciri yang sama. Agar anak dapat mengenal hal baru diperlukan kematangan sistem saraf, pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.
h.      Belajar menjalin hubungan secara emosional antara dirinya dengan orang tua, saudara-saudara dan orang lain.
Anak mengadakan hubungan dengan orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang lain, sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari.
i.        Belajar membedakan antara hal yang benar dengan yang salah, dan mengembangkan “hati nurani”.
Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggap baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). Pengalaman merupakan permulaan pembentukan kata hati anak.
2.        Tugas-tugas perkembangan dalam masa kanak-kanak akhir[9]
a.       Belajar tentang ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
Melalui perumbuhan fisik dan otak anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, senam pagi, dan permainan-permainan ringan.
b.      Membentuk sikap-sikap sehat terhadapn dirinya demi kepentingan organnya yang sedang tumbuh.
Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, (2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya dan juga menerima dirinya.
c.       Belajar untuk bergaul dan bermain bersama dengan teman seusia.
Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman sebyanya mungkin diwarnai perasaan senang atau tidak senang.
d.      Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sebagai wanita atau pria.
Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak. Dari segi permainan akan tampak bahwa permainan yang dilakukan akan berbeda antara laki-laki dan perempuan.
e.       Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Pada usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menrima pengajaran.
f.       Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu disebut konsep (tanggapan). Bertambahnya pengalaman akan menambah perbendaharaan konsep pada anak. Semakin bertambah pengetahuan, semakin besar pula konsep yang diperoleh.
g.      Mengembangkan kata hati, moral, dan ukuran nilai-nilai.
Hakikat tugas ini ialah, mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya.
h.      Mengembangkan sikap-sikap dalam memandang kelompok-kelompok social dan lembaga masyarakat.
Hakikat tugas ialah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai orang lain.
F.     Keuntungan perkembangan bagi peserta didik
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita memperoleh beberapa keuntungan:
1.        Mempunyai ekspektasi yang nyata tentang anak dan remaja.
2.        Pengetahuun tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari seorang anak.
3.        Pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.
4.        Perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri








DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. Teologi Pendidikan. (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001)
Muhammad Ali, Jakarta. 2008
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. Perkembangan Peserta Didik. (Cet. 20; Jakarta: Universitas Terbuka. 2009)
Soemiarti Patmonodewo. Pendidikan Anak Usia Prasekolah. (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta. 2000)
Syamsu Yusuf L. N dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan peserta didik. (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012)
Syamsu Yusuf L. N. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004)
Theo Riyanto dan Martin Handoko. Pendidikan Pada Usia Dini: Tuntutan Psikologis dan Pedagogis Bagi Pendidik dan Orang Tua. (Jakarta : PT Grasindo. 2004)


[1] Theo Riyanto dan Martin Handoko,Pendidikan Pada Usia Dini : Tuntutan Psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang Tua.(Jakarta : PT Grasindo, 2004), hal.. 5
[2] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja(Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 2004), hal. 12
[3] Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Usia Prasekolah (Cet. I; Jakarta : RinekaCipta, 2000), hal. 19
[4] Jalaluddin,Teologi Pendidikan (Cet. I; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal.13
[5]
[6] Muhammad Ali. (Jakarta: 2008) hal 171
[7] Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. Perkembangan Peserta Didik. (Cet.20;Jakarta: Universitas Terbuka. 2009) hal 1.9-1.10
[8] Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. Perkembangan Peserta Didik. (Cet.20;Jakarta: Universitas Terbuka. 2009) hal 1.16
[9] Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. Perkembangan Peserta Didik. (Cet.20;Jakarta: Universitas Terbuka. 2009) hal 1.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar