Selasa, 12 November 2013

rancangan media Pembelajaran Tauhid untuk SMP



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menajdi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membetuk peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spiritual mencakup pengamalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri :
Ø  Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;
Ø  Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
Ø  Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Dalam hal ini, pendidikan Tauhid diharapkan dapat membentuk kepribadian seorang anak sekokoh karang sehingga dalam menghadapi berbagai rintangan, anak tersebut akan tetap dalam akidah keimanan nya. Walaupun badai dan ombak yang menghadang. Dalam penyampaian materi Tauhid, banyak media-media yang dapat dipergunakan seorang pendidik dalam rangka menyalurkan pengetahuannya dalam proses belajar mengajar. Keberadaan media tidak kalah pentingnya dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Untuk mata pelajaran Tauhid banyak mengenai akidah keimanan yang ditekankan kepada Rukun Iman yang enam.


Trapezoid: AKIDAH KEIMANAN
 




iman kepada Allah



iman kepada malaikat
iman kepada kitab-kitab       iman kepada rasul-rasul
                                                                                                iman kepada hari Qiamat
                                                            iman kepada Qadha dan Qadar



BAB II
PEMBAHASAN
Rancangan Media Pembelajaran Tauhid untuk SMP
Dalam pendidikan agama Islam, pelajaran Tauhid diharapkan dapat membentuk kepribadian seorang anak sekokoh karang sehingga dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, walaupun badai dan ombak yang menghadang, anak tersebut akan tetap dalam akidah keimanannya. Dalam penyampaian materi Tauhid, banyak media-media yang dapat dipergunakan seorang pendidik dalam rangka menyalurkan pengetahuannya dalam proses belajar mengajar. Baik melalui media ceramah, diskusi, dan lain sebagainya. Keberadaan media sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Di dalam kurikulum PAI tingkat SMP sederajat yang telah disesuaikan dengan KTSP, mata pelajaran Tauhid banyak sekali membahas tentang Keimanan, baik kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, dan lain sebagainya.

2.1 Iman
            Menurut bahasa, kata iman berarti percaya atau membenarkan.[1] Dalam hal ini intinya adalah percaya dan mengakui bahwa Allah adalah maha esa, tiada tuhan selain-Nya dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.[2] Secara Istilah iman adalah mempercayai dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Iman sering disebut akidah atau keyakinan.
Pengertian dasar dari istilah iman ialah memberi ketenangan hati atau  pembenaran hati. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati. Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.[3]
Setiap Muslim wajib beriman kepada rukun iman yang enam. Yaitu :
·         Iman kepada Allah
·         Iman kepada Malaikat
·         Iman kepada Kitab-kitab
·         Iman kepada Rasul-rasul
·         Iman kepada Hari Qiyamat
·         Iman kepada Qadha dan Qadar
Keimanan seorang Muslim bagaikan sebuah pondasi bagi agamanya. Jika Agama ibarat sebuah rumah, maka keimanan adalah tiang-tiangnya, jika agama ibarat sebuah pohon maka keimanan adalah akarnya.[4] Jika keimanan tidak dibangun sebaik-baik mungkin, maka dikhawatirkan agama seorang akan dengan mudah runtuh. Penyusun dapat ilustrasikan sebagai berikut :
           


 


Tiang pondasi



            Ini adalah gambar sebuah rumah, nah ketika membangun sebuah rumah maka hal penting yang harus diperhatikan adalah pondasinya, pondasi rumah harus diciptakan sebaik-baik mungkin. Begitu jugalah keimanan kita, agar agama kita tidak mudah roboh maka kita harus memperkokoh keimanan kita sekuat dan sebaik-baik mungkin. Agar mampu bertahan menghadapi rintangan dalam kehidupan sekarang ini.
            Nabi Muhammad SAW sendiri membangun pondasi keimanan selama 13 tahun di Mekkah. Pondasi itu lebih dikenal dengan Akidah. Nabi berdakwah memperkenalkan akidah Islam sebelum mengajarkan tentang zakat, puasa, haji, dan sebagainya.[5]
2.2 Iman Kepada Allah
            Iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati akan adanya Allah SWT baik Zat-Nya maupun sifat-sifat-Nya. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa iman kepada Allah, ialah membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa ada sedikitpun keraguan akan adanya Allah dan Keesaan-Nya. Di dalam hal ini, sebagai bukti keimanan kita kepada Allah swt, kita harus mengetahui sifat-sifat yang wajib, mustahil, dan harus kepada Allah swt.[6]
Sifat yang wajib kepada Allah artinya adalah sifat yang pasti dimiliki oleh Allah, sedangkan sifat yang mustahil kepada Allah adalah sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah. Adapun sifat yang harus (jaiz) merupakan sifat yang menjadi wewenang atau hak Allah. Adapun sifat yang wajib dan yang mustahil kepada Allah, adalah :
1.      Allah bersifat Wujud (ada), mustahil bersifat Adam (tidak ada)
Segala yang ada, pasti ada penciptanya. Adanya Allah dapat dibuktikan dengan akal, yakni dengan melihat dan memikirkan semua yang ada atau yang terjadi di alam semesta. Allah berfirman :
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui”. (surah Yunus : 5)
2.      Allah bersifat Qidam, mustahil bersifat Khudus (baharu)
Allah swt maha Azali, yakni sudah ada sebelum adanya makhluk.
3.      Allah bersifat Baqa’ (kekal) Mustahil bersifat Fana’ (binasa)
Allah mempunyai sifat Baqa’ yaitu kekal selama-lamanya. Semua makhluk akan binasa, mati, dan musnah, yang abadi hanyalah Allah swt. Allah berfirman :
@ä. ô`tB $pköŽn=tæ 5b$sù ÇËÏÈ 4s+ö7tƒur çmô_ur y7În/u rèŒ È@»n=pgø:$# ÏQ#tø.M}$#ur ÇËÐÈ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (surah Ar-Rahman : 26-27)
4.      Allah bersifat Mukhalafatu lil Hawaditsi (berbeda dengan makhluk) mustahil bersifat Mumatsalatu lil hawadisi (sama dengan makhluk)
5.      Allah bersifat Qiyamuhu binafsihi(berdiri sendiri) mustahil bersifat Qiyamuhu ligharihi (bergantung pada sesuatu)
6.      Allah bersifat Wahdaniyah (Esa) mustahil bersifat Adadun (berbilang-bilang)
7.      Allah bersifat Qudrat (kuasa) mustahil bersifat ‘Ajzun (lemah)
8.      Allah bersifat Iradat (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa)
9.      Allah bersifat Ilmu (mengetahui) mustahil bersifat Jahlun (bodoh)
10.  Allah bersifat Hayyun (hidup) mustahil bersifat Mautun (mati)
11.  Allah bersifat Sama’ (mendengar) mustahil bersifat Asham (tuli)
12.  Allah bersifat Bashar (melihat) mustahil bersifat A’ma (buta)
13.  Allah bersifat Kalam (berfirman) mustahil bersifat Abkam (bisu).[7]
Dalam hal ini kita sebagai makhluk ciptaan Allah, haruslah selalu was-was dalam menjalani kehidupan kita. Dikarenakan ada yang selalu memperhatikan kita setiap saat, yaitu Allah swt.
            Diibaratkan, kita sedang direkam oleh sebuah kamera pengintai yang akan selalu merekam aktifitas kita. Kita bagaikan seorang actor yang berperan sesuai dengan naskah (konsep) perannya masing-masing. Begitu juga kita dihadapan Allah, kita adalah actor yang akan berperan sesuai denga takdir yang telah digariskan kepada kita waktu didalam kandungan, yang selalu sesuai dengan sunatullah. Jika ada tingkah laku kita yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan (naskah) yang telah dibuat oleh Allah, itu adalah murni dari kesalahan kita.
2.3 Iman kepada Malaikat
            Allah swt, mahakuasa untuk menciptakan makhluk sesuai dengan yang dikehendakinya. Sebelum menciptakan manusia, Allah swt, telah menciptakan malaikat dari nur atau cahaya. Malaikat dikaruniai kekuatan yang luar biasa karena mengemban tugas yang cukup berat. Salah satunya adalah penghubung antara Allah swt dengan manusia.[8]
Allah                  Malaikat                Manusia
Sebagai contoh, ajaran Islam yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, lalu disebarkan kepada seluruh manusia.
Iman artinya yakin atau percaya. Iman kepada Malaikat adalah yakin dan percaya bahwa Allah menciptakan makhluk gaib yang diciptakan dari cahaya yang memiliki sifat-sifat tertentu. Malaikat mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluk yang lainnya. Diantara sifat-sifat malaikat itu adalah sebagai berikut :
·         Malaikat adalah hamba-hamba yang mulia
·         Malaikat selalu taat dan patuh kepada Allah
·         Malaikat adalah makhluk yang disiplin dalam melaksanakan tugasnya
·         Malaikat dapat berubah bentuk
·         Malaikat mendo’akan orang-orang yang beriman.
Ada beberapa malaikat-malaikat yang wajib diketahui oleh setiap Muslim, yakni :
1.      Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi dan Rasul
2.      Malaikat Mika’il bertugas membagi rizki kepada manusia
3.      Malaikat Malik bertugas menjaga neraka
4.      Malaikat Izra’il bertugas mencabut nyawa
5.      Malaikat Israfil bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat dan hari kebangkitan
6.      Malaikat Rakib bertugas mencatat amal kebaikan
7.      Malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk manusia
8.      Malaikat Mungkar bertugas bertugas menanyai dan menyiksa manusia didalam kubur
9.      Malaikat Nakir bertugas menanyai dan menyiksa manusia di alam qubur
10.  Malaikat ridwan bertugas menjaga Surga.

2.4 Iman kepada Kitab-kitab
            Rukun iman yang ketiga adalah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah. Iman kepada kitab-kitab Allah adalah membenarkan seluruh kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah dan datangnya dari Allah. Diantara kitab-kitab tersebut adalah ; taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an. Dan sunguh, Muhammad saw adalah penutup para nabi dan risalahnya sebagai pamungkas risalah-risalah sebelumnya dan al-Qur’an yang dibawahnya merupakan penyempurnah dari kitab-kitab Allah yang telah diturunkan.
Al-qur’an datang dari sumber yang sama dengan kitab-kitab terdahulu. Oleh sebab itu, agama kita adalah agama yang paling kukuh dan paling banyak toleransinya. Kita mengimani seluruh Nabi tanpa membedakan antara yang satu dengan  yang lainnya. Sedangkan wujud keimanan kita kepada kitabt Allah adalah menjadikan al-Qur’an tersebut sebagai pedoman hidup atau way of life di dalam segala aspek dan dimensi kehidupan. Baik itu untuk pribadi, keluarga, masyarakat, maupun untuk bernegara.[9]


[1] Edi Purwanto & Siti Safuroh, PAI untuk SMP & MTS, Jakarta : Piranti darma Kalokatama, 2007, hal : 8
[2] Abdul Hamid Ritonga, Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan, Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010,hal: 6
[3] Ibid, hal : 6
[4] Tim Penyusun EraPustaka Utama, PAI untuk SMP/MTs, Surakarta : Pustaka Utama, 2006, hal : 13
[5] Edi Purwanto & Siti Safuroh, PAI untuk SMP & MTS, Jakarta : Piranti darma Kalokatama, 2007, hal : 7
[6] Tim Penyusun EraPustaka Utama, PAI untuk SMP/MTs, Surakarta : Pustaka Utama, 2006, hal : 14
[7] Edi Purwanto & Siti Safuroh, PAI untuk SMP & MTS, Jakarta : Piranti darma Kalokatama, 2007, hal : 10-12
[8] Tim Penyusun EraPustaka Utama, PAI untuk SMP/MTs, Surakarta : Pustaka Utama, 2006, hal : 13
[9] Abdul Hamid Ritonga, Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan, Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010,hal: 6

1 komentar: